Cermin, cermin di meja rias
Sudah cantikkah senyumku yang seulas
Kutatap bayangan diri dengan puas
Tak kulupa menyapa daku yang rapi
Pada sebuah cermin di kamar pribadi
Setiap aku selesai menghias diri
Cermin, kawanku yang setia
Kupasang wajah penuh ceria
Berharap bayangan kan membalas sapa
Tetapi entah mengapa
Bayanganku tampak berduka
Kulihat derai air matanya
Padahal aku sudah tertawa
Tapi semakin keras aku tertawa
Semakin deras pula derai air matanya
Tertawalah, tertawalah!
Jangan kau buat aku salah tingkah
Tertawalah, kau tak boleh kalah!
Malam itu aku merenung
Bayanganku tampak linglung
Sehingga aku menjadi bingung
Mengapa bayanganku tak mau menurut
Adakah yang dia tuntut
Atau dia tak suka cermin yang butut
Baiklah, besok akan kuganti
Sebab aku telah jatuh hati
Pada senyummu yang penuh arti
Dengan cermin baru di kamarku
Kulempar senyum pada sahabatku
Sebuah sapa dari tulus hatiku
Namun, tatapan itu penuh lara
Seperti menyimpan setumpuk luka
Yang sulit dicari obatnya
Aku pun meneteskan air mata
Turut berbagi duka
Sebagai tanda sobat yang setia
Tiba-tiba aku terpana
Kulihat bayanganku tertawa
Melambaikan tangan dengan gembira
Ah, ia mengajakku bersamanya
Mengelilingi dunia kaca
Tentu aku akan suka
Cermin itu pembawa petaka
Ia selalu membawa pergi pemiliknya
Dan mereka tak pernah lagi terlihat mata
Tetapi aku sedang bersuka cita
Bersama gadis yang tak kenal duka
Biarlah aku di sini saja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar