"Ibu ada?" seorang pria berkacamata hitam menyapa Shafa ramah.
Gadis kecil yang sedang bermain lompat tali di halaman itu terdiam. Ia menatap orang asing itu penuh selidik.
"Oom siapa?"
"Oom ini teman ibumu waktu sekolah. Nama Oom, Surya."
"Oom Surya, "ulang gadis itu.
"Iya, anak cantik. Oh ya, siapa namamu?"
"Shafa, Oom."
Seorang remaja keluar. Ia mendekati keduanya.
"Maaf, Oom cari siapa?"
Laki-laki itu tersenyum menatap sang remaja. "Kamu pasti Arya."
"Benar, Oom."
"Ibu ada?"
"Ada, tapi...."
"Tapi apa?"
"Silakan masuk, Oom."
===========********=============
Sore itu Netty menemui teman semasa kuliah. Linda menyambutnya dengan gembira. Maklum sudah lima tahun mereka tidak berjumpa.
"Kau hamil?"Linda menatap perut Netty yang membuncit. "Sudah berapa bulan?"
"Itulah, aku mau minta tolong."
Linda menuangkan es jeruk dari poci ke dalam dua gelas. "Maksudmu?"
"Aku tidak hamil tapi aku sudah menikah."
"Aku bingung."
"Suamimu kan dokter, Lin."
"Apa hubungannya dengan suamiku?Lagipula suamiku psikiater bukan dokter kandungan."
"Iya, tapi dia pasti punya teman dokter kandungan kan?"
Linda mengangguk.
"Naah, aku ingin minta tolong."
Linda mengerutkan kening. Tangannya sibuk membuka kaleng biskuit yang tertutup rapat.
"Sebenarnya aku tidak hamil, Lin. Aku cuma pura-pura."
"Kenapa, Netty? Kenapa harus pura-pura, toh kamu sudah bersuami?"
"Aku terpaksa supaya dia mau menikahiku."
"Maksudmu supaya dia mau bertanggungjawab?"
Netty menggeleng. "Bukan, tetapi supaya dia mau menikahiku."
"Ah, pusing, "Linda menepuk dahinya. "Apa bedanya? Atau maksudmu, sebelum menikah kalian sudah pernah...?"
Netty menggeleng. "Tidak. Laki-laki itu ah, aku tidak tahu bagaimana cara menaklukkan dirinya. Ia memang laki-laki yang sangat setia."
"Lho...harusnya kamu bangga."
"Dia setia pada istrinya, istri pertamanya."
Linda memeluk kaleng yang belum berhasil dibukanya. Ia merasa telinganya salah mendengar. "Tunggu dulu, istri pertama katamu.Jadi maksudmu suamimu bukan lajang saat kalian menikah."
"Ya, aku istri kedua."
Linda langsung mencibir. "Begitu kok setia? Memangnya satu istri belum cukup, ya? Dasar laki-laki, di mana-mana sama. Pasti kamu kena rayuannya, makanya mau dimadu."
Senyum Netty langsung memudar. Ia berusaha menahan gejolak hatinya. Kau salah, sahutnya, tetapi dalam hati. Bahkan aku yang berusaha mendapatkan dirinya, sampai-sampai aku harus pura-pura bunuh diri.
Linda melihat Netty yang mendadak murung. Ia merasa bersalah.
-------------------------**********---------------------
Surya terkejut bukan kepalang melihat keadaan perempuan cinta pertamanya itu. Rana bukan lagi seperti yang dulu. Ia tidak bisa berjalan tanpa bantuan kursi roda.
"Kenapa kamu jadi seperti ini?'
"Aku mengalami kecelakaan."
"Kapan?"
"Lima tahun yang lalu."
"Kapan kau bisa berjalan lagi seperti dulu, Rana?"
"Aku tidak tahu. Kata Dokter, paling cepat dua tahun lagi."
"Apa?"Surya terbelalak.
"Silakan dicicipi kacang bogornya."
"Terima kasih, "Surya membuka stoples mungil di atas meja tamu. "Berapa lama kau di rumah sakit?"
"Lama juga. Setahun, selebihnya rawat jalan, sampai sekarang."
"Suamimu?"
"Dia baik-baik saja."
"Bukan itu maksudku, tapi...."
Tatapan Rana begitu nanar tetapi Surya yakin bahwa sebenarnya tatapan itu penuh arti.
"Aku belum menikah, Rana. Aku tetap setia...."
Rana menggeleng. "Ada anak-anakku."
"Mereka sedang belajar kan?"
Rana tidak menjawab.
"Kalau suamimu tidak sudi melihatmu lagi, aku siap menerima dirimu."
Suasana hening. Di luar sore begitu cerah. Tampaknya hujan tidak akan turun menyapa bumi hari ini.
"Asalamualaikum."
"Wa..waalaikumussalam..."serentak keduanya menoleh.
"Anfa, "sapa Surya berdiri. "Kau masih ingat aku?"
Anfa menatap Surya tajam. "Tentu saja aku ingat. Anda adalah laki-laki yang gemar mengganggu istri orang, "setelah berkata demikian, laki-laki itu berlalu ke dalam.
Rana ingin mengejar atau berteriak memanggil suaminya tetapi ia tidak berdaya.
"Maafkan aku, "Surya tampak bersalah. "Sebaiknya aku pulang saja. Sungguh, aku tidak bermaksud...."
Rana membisu.
Surya berlalu.
=============00000==============
Malam itu suasana agak sepi. Bapak dan Ibu mengajak kedua cucunya menonton film animasi di bioskop. Beliau ingin memberi kesempatan kepada Anfa supaya dapat bersantai dengan kedua istrinya.
Netty menghidangkan semangkuk mi goreng di atas meja makan. Malam ini ia bertekad akan menyenangkan hati suaminya.
Sementara itu di ruang tengah, Anfa berdiri di samping Rana dengan wajah dingin.
"Ayah masih marah?"
"Kenapa laki-laki itu selalu hadir saat aku tidak ada di rumah?"
"Aku tidak tahu."
"Tapi kau suka bukan?"
Rana nyaris menangis mendengar pertanyaan bernada menuduh itu.
Anfa tidak berkata-kata lagi. Ia duduk di sofa dan meraih surat kabar di atas meja.
Netty menghampiri suaminya dengan senyum ceria. "Mi gorengnya sudah siap, "ujarnya. "Mas mau makan sekarang?"
"Ajak Mbak Rana makan dulu, "jawab Anfa tanpa mengalihkan perhatiannya dari koran yang ada di tangannya.
Netty melengos kesal. "Dia tidak mau kalau aku yang mengajak."
Anfa meletakkan koran di atas meja. Ia beranjak mengampiri istrinya yang terdiam di sudut.
"Kita makan dulu, Bu, "ujarnya sambil mendorong kursi roda istrinya.
"Aku mau jalan saja."
Anfa membantu istrinya berdiri. Tetapi Rana menggeleng.
Netty tersenyum mengejek. Ia memeluk lengan Anfa dengan sengaja.
Rana yang marah berusaha untuk berdiri sambil berpegangan pada sisi kursi roda. Hampir saja ia terjatuh.
Anfa tampak cemas. "Hati-hati...."
"Lepaskan aku."
Rana berhasil beberapa langkah. Meskipun demikian, Anfa masih cemas karena Rana tampak masih lemah. Ia terus mengikuti langkah wanita itu dan sedikit pun tidak mengacuhkan Netty yang setia menggandeng lengannya.
Beberapa kali Rana hampir terjatuh. Tetapi ia tetap keras kepala dan menolak pertolongan suaminya.
Perempuan sombong, sembur Netty dalam hati. Sudah tahu pegang sendok saja tidak becus, mau makan sendiri. Ia melihat Rana menolak saat Anfa hendak menyuapinya.
Anfa meletakkan piring berisi mi goreng itu. Ia menatap wajah istrinya sambil tersenyum. Tetapi ia terkejut ketika melihat bola mata Rana yang berkaca-kaca.
"Eh, tadi aku masak bolu kukus, "Netty menarik tangan Anfa. "Ayo, ikut aku ke dapur."
Anfa terpaksa menurut.
Ternyata kau sama saja dengan yang lain, Anfa, desis hati Rana kecewa. Semua laki-laki memang sama saja. Katanya setia, nyatanya menikah lagi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar