Senin, 30 Maret 2009

Sang Penyamar

Saya memiliki kebiasaan yang kurang baik yaitu memasuki sebuah situs dengan beberapa nama pengguna atau user. Hal itu bermula saat saya ingin menguji seberapa jauh kemampuanku menyelami jiwa para remaja yang menjadi anak didikku. Menurut saya, cara yang terbaik adalah seolah-olah menjadi mereka.
Ternyata beberapa puisiku yang bernada remaja atau anak SD dengan sukses berhasil menarik para komentator sastra untuk menilai hasil karyaku itu. Banyak yang mengira 'aku masih anak sekolah' (membaca dengan cara bersenandung ala lagu almarhum Chrisye). Padahal, padahal masa remaja bagiku tinggal masa lalu. Kadang-kadang aku tersenyum simpul membaca komentar itu.
Tetapi itu dulu. Sekarang aku tak pernah melakukannya lagi karena ternyata lebih nikmat memakai satu nama dan menjadi diri sendiri.

Pada Binar Matamu

Pada binar matamu
kulihat kerlip bintang
bersinar terang
menghias indah bening matamu

Pada cerah senyummu
kurasakan sejuknya pagi
menyelimuti bumi
melukis ceria raut wajahmu

Pada gerak dan ucapmu
hadirlah surya menyapa sukma
bias sinarnya hangatkan jiwa
membingkai kasih di langit hatimu

Sabtu, 28 Maret 2009

Menyongsong Harapan

Kini alam tak lagi hijau
walau kilaunya masih memukau
goresan pelangi warnai jiwa
menabur percik menghias cita

Saat persada berganti warna
meski senandung masih yang dulu
terlintas menari-nari di dalam kalbu
tertancap indah merasuk sukma

Dunia tak lagi sempit
berkawan akrab mega melangit
berlari-lari mengelilingi pusaran waktu
menyongsong harapan yang menunggu

Jumat, 13 Maret 2009

Kembara Semesta

Sudah tiba saatnya kita melaju
terlalu lama kita berjalan selalu

Tak kan sampai kita di angkasa
sedangkan pesawat saja kita tak punya

Marilah datangkan ahli
ajarkan kita rakit si burung besi

Rencana cepat kita tentukan
agar dapat pastikan tujuan

Pesawat canggih siaplah sudah
lewat pelajaran yang tak mudah

Ini bukan pesawat asal jadi
puluhan pakar ikut berbagi

Pesawat terbang lintasi angkasa
kini menembus atmosfer mayapada

Lihat, lihatlah planet tercinta
warnanya biru tenangkan jiwa

Pesawat terus terbang melayang
tak pernah tahu kapan kan pulang

Asap Rokok di Angkot

Asap membumbung sesakkan dada
di sana-sini batuk pun bergema
tetapi kepulan asap semakin tebal saja
seperti tak hiraukan kesulitan sesama

Karena jengkel seseorang berseru
Tolong, jangan merokok di angkot ini!
Apa jawab si Perokok itu?
Kalau tidak mau kena asap rokok, baiknya naik taksi

Tidakkah kita temui kenyataan
jiwa individu telah merasuk diri
padahal kita tiada mampu hidup sendiri
tetapi mengapa derita saudara kita abaikan

Asap-asap pun berhamburan
percik tembakaunya membuahkan abu
kembali terdengar batuk-batuk dari balik saputangan
mereka yang duduk dengan wajah pucat kelabu

Bersama Angan

Aku melenggang bersama angan
menepis badai yang menerpa kehidupan
segenggam tekad kubawa erat di tangan

Jalan panjang mendaki dan berliku
kupanjat tebing curam menggetar kalbu
kusimpan asa agar tak lari dariku

Di hadapan laut luas membentang
kuingin terjun dan berenang
mencari impian yang lama menghilang

Aku berenang
Aku menerjang
Aku melenggang

Aku berenang mencari impian
Aku menerjang menggapai harapan
Aku melenggang bersama sejuta angan

Rabu, 11 Maret 2009

Bersama Malam

Malam sunyi disekap hening
langit masih menatapku kelam
meski ia ditemani bintang-bintang

Kuambil roti di atas piring
bayangkan mimpi sambil mata terpejam
walau kantuk tak jua menyerang

Kupercik air dari gelas
berat gerakkan kaki
coba bebaskan belenggu tali mengikat

Malam tersenyum lepas
cerah berkawal gugusan bintang menemani
dan angkasa tak lagi pekat

Sahabatku malam selalu bertandang
seiring kerlap-kerlip jutaan bintang
ikut bersamaku ke istana-Mu, Tuan
sambutlah kami dalam erat dekapan

Selasa, 10 Maret 2009

Tutur Arca

Pahatan yang membentuk lekuk tubuhku
bercerita tentang kisah merindu kalbu
melambungkan angan ke negeri impian
tentang istana di atas awan

Goresan tubuhku yang terlukis
bertutur tentang dongeng yang manis
melambungkan harap ke negeri angkasa
tentang istana bersinar purnama

Setiap pahatan, setiap goresan
yang terpatri pada detail anggota badan
adalah wujud kuasa si Pemahat
dan aku hanyalah arca yang dipahat

Kan Kuserahkan

Sesuai janjiku aku datang malam ini
menyerahkan semua milik yang kupunya
dalam keping-keping harap berbungkus tanya
apalagi yang akan kuberikan nanti

Senyap kamar menemani daku
bersama tubuh yang mengigil menyapa dingin
ingin larut diri dalam luruh cinta yang lama kutunggu
merajut damba bagai diri terbungkus kain

Sesuai janjiku aku datang
kala malam di angkasa datang membentang
hanya kita berdua
kan kubiaskan segala asa

Kan kuserahkan diri malam ini
sebab kasih-Mu aku ada
ingin rasakan belaian-Mu
aku ingin bersama-Mu saja malam ini