Sabtu, 28 Januari 2012

Kutunggu Kau, Angin


Kutunggu kau, angin
tiupkan seuntai pesan
walau hanya dingin
namun takkan kulewatkan

Kunanti datangnya semilir
meski semua bilik jadi terbongkar
lalu tersingkaplah sudut tabir
tetap kan kusongsong datangnya kabar

Hari ini sepasang telingaku
terasa begitu sejuk
saat kulepaskan segala ragu
tiupanmu kurasakan lembut merajuk

Jumat, 27 Januari 2012

Di Arung Jeram Cinta


Perusahaan yang bergerak di bidang jasa atau lebih tepatnya lembaga kemanusiaan yang dikelola Rafa itu maju pesat dan semakin terkenal. Hal itu karena gadis itu sangat serius dalam menangani semua kasus yang dipercayakan kepadanya.
"Banu melamarku, "ujar Meyra menemui Rafa di ruang kerjanya, siang itu.
Rafa tersenyum. "Oh ya? Bagus itu, "sahutnya, "Selamat, ya."
Meyra tak menjawab. Ia hanya balas menatap adik angkatan dua tahun di bawahnya itu dengan wajah murung. Tahukah kamu kalau sesungguhnya aku mencintai kakakmu?! Pertama melihatnya, aku langsung terpikat. Apalagi setelah aku tahu ketinggian budinya yang sangat menghargai wanita, aku jadi yakin kalau aku jatuh cinta kepadanya.... Tapi... bagaimana mungkin aku menyakiti istrinya sesama wanita yang begitu lembut dan baik hati? Lalu saat kuputuskan mundur, aku harus menebusnya dengan sesuatu yang teramat mahal yang tak akan mungkin bisa ditukar dengan apapun lagi.
Rafa mengerutkan kening. Gadis itu menarik napas perlahan. Meyra pasti melamun, pikirnya. "Meyra..., "tegurnya lembut.
Meyra tersentak.
Rafa tersenyum. "Terima saja, Banu pemuda yang baik."
"Tapi, Rafa, dia belum tahu masa laluku."
"Masa lalu yang mana? Kenapa kau belum juga melupakan semua itu?"
"Bagaimana bisa, Rafa? Aku kehilangan milikku yang paling berharga, "tukas Meyra gemetar menahan gejolak perasaan, "siapa laki-laki yang mau menikahiku, perempuan yang pernah diperkosa...."
Belum selesai Meyra berbicara, tiba-tiba pintu dibuka dengan kasar. Kedua gadis yang sedang bercakap-cakap itu menoleh karena terkejut dan menatap sosok yang berdiri di hadapan mereka dengan wajah merah padam. Banu.
"Siapa yang melakukannya, Meyra? Katakan!"

Selasa, 24 Januari 2012

Di Arung Jeram Cinta



Di balik kelincahannya, jauh di lubuk hatinya sebenarnya Rafa merasa rendah diri. Sering ia menyesali keadaan fisiknya yang bertolak belakang dengan Tantra, kakaknya.Kalau saja kakaknya sama-sama perempuan, mungkin ia tidak merasa seminder ini. Tapi, kakaknya laki-laki dan kulitnya lebih cemerlang dibanding dirinya.
Anak laki-laki biasanya lebih mirip ibu dan anak perempuan mirip ayahnya. Kulit Afna memang kuning langsat semi putih sedangkan kulit Cakra coklat muda. Jadilah kulit Tantra terang benderang dan sebaliknya kulit Rafa lebih gelap, untungnya tidak gulita, hanya agak kelam.
Tetapi Tantra memang kakak yang sangat baik dan begitu menyayangi adiknya. Bahkan ia selalu berusaha meyakinkan adiknya bahwa kecantikan dari dalam lebih penting daripada yang kasat mata.
Rafa memang samasekali berbeda dibanding kakaknya dalam banyak hal. Selain warna kulit, juga bentuk fisik. Kalau Tantra menjulang nyaris 180 cm, sedangkan tinggi Rafa 157 cm saja.
Cakra dan Afna pun senantiasa menanamkan keyakinan kepada putra-putri mereka untuk bergaul dan menjaga diri sebaik-baiknya. Karena itulah, akhirnya Rafa dapat melupakan perasaan rendah dirinya meskipun kadang-kadang perasaan itu masih muncul kembali.

Minggu, 15 Januari 2012

Di Arung Jeram Cinta



Sejak malam itu, Tantra tampak berubah, setidaknya itulah penilaian Nada. Suaminya itu menjadi lebih penyayang dan penuh perhatian. Bahkan dengan tegas, Tantra menolak tawaran istrinya untuk menikah lagi.
"Mereka semua cantik, kan?"tanya Nada sambil menunjukkan foto-foto itu.
"Kalau sudah nenek-nenek, juga keriput, "begitu balas Tantra tidak acuh.
Nada menatap suaminya serius. "Aku lebih cocok jadi kakakmu...tapi... kau mau juga menikahiku?"
Laki-laki yang lebih muda dibanding istrinya itu balas menatap sambil tersenyum, senyum iseng. "Karena aku ingin jadi adikmu, aku ingin punya kakak perempuan...."
"Dasar iseng, "gerutu Nada pura-pura jengkel. "Memangnya istri bisa jadi kakak?"
"Bisa saja. Aku kan sudah membuktikannya, contohnya seperti sekarang ini, "Tantra semakin getol menggoda istrinya.
Nada langsung menyadari kalau waktu itu ia sedang menyuapkan sup jagung kepada suaminya. Ia langsung meletakkan sendok dengan wajah merah padam.
"Lho kok berhenti, Mbak?"
"Mas makan saja sendiri."
"Mbak, anggap saja ini latihan."
"Latihan apa?"
"Latihan menyuapi Arsya kalau sudah makan bubur."
Nada memandang mangkuk berisi sup jagung itu. Mungkin tinggal tiga sendok makan, sebaiknya kuhabiskan saja, begitu pikirnya.
Tantra memandang Nada sambil tersenyum dalam hati. Istrinya terlalu serius dan sulit diajak bercanda, Tetapi semakin Nada jengkel, semakin ketagihan Tantra menggodanya.

Senin, 09 Januari 2012

Di Arung Jeram Cinta

Larut malam. Tidak seperti biasanya, kali ini Tantra sulit memejamkan mata. Ia masih duduk terpekur di ruang tengah. Jadi, Nada sedang mencarikan tiga gadis cantik yang mau menjadi istri suaminya. Mereka semua cantik dan berusia tidak lebih daripada usia Tantra.
Tantra merasa sangat bersalah. Ia merasa telah menyakiti wanita berhati mulia itu. Ternyata selama ini ia telah banyak menuntut tanpa memerdulikan perasaan dan kondisi istrinya. Buku harian Nada semasa remaja yang ia temukan tanpa sengaja di tumpukan koran dan majalah di laci buku, telah menjawab pertanyaannya selama ini.


Banu resah. Ia tidak mengerti sebab tiba-tiba saja Meyra menolak ajakannya untuk menikah. Ketika ia menanyakan alasannya, gadis itu hanya menggeleng dan menggeleng. Banu benar-benar kebingungan.
Mungkin orang lain akan segera mencari pengganti. Tetapi tidak bagi Banu. Meyra sosok yang istimewa. Cantik? Ya, Meyra sangat cantik dan menawan pula. Laki-laki mana yang tidak tertarik? Tetapi sungguh bukan itu`yang dilihat Banu.
"Mbak, Meyra itu gadis pemberani yang teguh hatinya, "begitu curhatnya kepada Nada, beberapa minggu yang lalu saat menjenguk Arsya, kemenakan mungilnya.
"Bukan karena cantik?"Nada mencoba memancing.
"Dalam hal ini, mungkin aku seperti kakak iparku, ya, suamimu itu, Mbak, "tukas Banu tersenyum simpul. "Aku tahu Tantra tidak pernah melihat fisik seseorang dari bergaul dan juga memilih pendamping hidup."
Nada mengangguk tanda setuju. "Kau benar, Dik, "sahutnya, "Kalau dia melihat kecantikan saja, bisa jadi istrinya sekarang bukan aku, tapi gadis cantik yang sebaya dengannya."
"Tapi...kulihat anak kalian tampan juga, "Banu mengganti bahan pembicaraan. "Omong-omong, aku harus minta supaya Tantra mau mengajariku."
"Mengajari apa?"
"Aku kan tahu Mbak ini paling kebal sama berbagai bentuk rayuan. Ingat Danar? Dia selalu gagal merayumu. Tapi...kok Tantra bisa membuatmu jatuh cinta, ya? Lalu satu lagi, aku harus tahu taktik yang digunakan kakak iparku itu sampai ehm...ehm... Arsya nongol di muka... auuw!" Banu meringis kesakitan karena Nada mencubit lengannya. Cubitan semut merah.
Belum puas kakak semata wayangnya itu menimpuknya dengan bantal kursi tamu.
Banu menjulurkan lidah sambil menangkap bantal itu.
Nada membelalak kesal.