Rabu, 25 Juli 2012

Bukan Pinang Dibelah Dua

Bukanlah pinang dibelah dua
meski dari asal yang sama

Alam ikut bersuka ria
bersama derap riangnya

Semesta hening bercerita
saksikan laku tanpa kata

Inilah kita berdua
walau dari asal yang sama

Bukanlah pinang dibelah dua
karena kita jelas berbeda

Di mana pun engkau berada
selalu kegirangan yang tercipta

Di setiap sudut tempatku mengembara
senantiasa nantikan daku mengurai tawa

Demikianlah kita berdua
yang benar-benar berbeda

Meski dari asal yang sama
tetapi bukanlah pinang dibelah dua

Selasa, 24 Juli 2012

Lelaki Pertamaku


Bagiku kaulah malaikat
sentuh dan tatapmu sungguh membuatku terpikat
aroma napasmu menyatu dalam hidupku, menjerat

Kauteteskan butiran keringat
kuisap kuat-kuat hingga mengikat
pada aliran darahku erat-erat

Selalu kuingat engkaulah penjaga sejati
setia bisikkan rangkaian janji
dalam liang-liang mimpi

Engkaulah lelaki pertama
yang mampu membawaku ke istana surga
dan aku bidadari yang bermain gembira

Padamu pernah kusandarkan kepalaku di bahumu
kaurengkuh diri seiring putaran waktu
aku, perempuan yang menjelma dari darah dagingmu

Minggu, 15 Juli 2012

Di Arung Jeram Cinta






"Mbak...."
Nada menoleh. Ternyata Tantra berlutut di sampingnya.
"Kita jalan-jalan."
"Sekarang, Mas?"
Tantra mengangguk. "Hari Minggu, kapan lagi?"
Nada tersenyum. "Arsya mau ikut?"
"Apa?"tanya Arsya sambil asyik menumpuk-numpuk mainan kubus berwarna-warni.
"Ayah sama Ibu mau jalan-jalan. Arsya mau ikut?"
"Ha?"sambut Arsya tanpa menoleh.
Tantra tertawa geli. "Aku baru tahu kalau anak kita lucu."
Nada mencium pipi anaknya gemas. "Memang lucu, "sahutnya.
Arsya mengusap pipi yang dicium ibunya.
Tantra terpingkal-pingkal. Tapi ia penasaran juga dengan reaksi anaknya...dan cup!
Sejenak Arsya tertegun. Tetapi tiba-tiba ia menangis keras sekali.
Nada langsung menggendong anaknya sambil menoleh ke arah Tantra yang berdiri tercengang. Jelas saja suaminya bingung karena Arsya malah menangis setelah ayah menciumnya.
"Kalau mau cium Arsya pelan-pelan, Ayah, "ujar Nada, "biar Arsya nggak kaget."
Tantra pun maklum. Ia berbisik lembut, "Maafkan Ayah, ya? Cium Ayah, ya?"
"Mmh...."Arsya menempelkan bibirnya ke pipi kanan ayahnya.
"Satunya...."
"Mmmh...."
"Kalau ibunya, mau tidak, ya?"mendadak Tantra kambuh isengnya.
Cepat-cepat Nada berlalu dari ruang tengah untuk menukar pakaian. Harus cepat, sebelum keduluan suaminya yang jail itu.
Tantra hanya tersenyum menggoda.

Sabtu, 14 Juli 2012

Berita Terbaru Tebar Pelangi

Setelah lebih dari  tiga tahun berada di posisi puncak, akhirnya "Puisi untuk Ayah Bunda" sempat harus merelakan mahkotanya kepada "Puisi Idul Fitri" (walaupun hanya beberapa menit saja).

Kamis, 12 Juli 2012

Di Arung Jeram Cinta

Minggu pagi. Nada mendudukkan Arsya di lantai dan membiarkan batita itu sibuk bermain dengan boneka harimau dan beruangnya. Wanita itu memperhatikan si kecil sambil tersenyum geli. Arsya memang sangat menggemaskan apalagi sekarang sudah bisa mengucapkan....
"Ma...ma...."
Nada menghampiri anaknya. "Iya, Sayang?"sahutnya sambil berlutut.
"Auum...."
"Iya, harimaunya lapar, ya?"
Arsya mengangguk. Ia mengambil mangkuk dan sendok plastik. "Akan...."
"Harimaunya mau makan? Siapa yang suapi?"
"Aca, "Arsya menunjuk dirinya.

"Makan sama Arsya, ya? Pintar ya, Arsya bisa suapi harimau."
Ah, rasanya tidak bosan-bosannya Nada mengamati anaknya. Walaupun banyak mengatakan bahwa Arsya lebih mirip dirinya tetapi kalau diperhatikan  lebih lama malah lebih mirip ayahnya. Tampan, sudah pasti. Bukankah ketampanan Tantra memang di atas rata-rata?
Nada teringat peristiwa beberapa hari yang lalu. Tantra nyaris ribut dengan rekan-rekan kantor gara-gara dirinya. Pasalnya ada yang tidak percaya bahwa mereka suami istri bahkan mengira Nada (tadinya) hanya pembantu.
"Pembantu?"
"Iya, terus Tantra itu kan tinggal sendiri, jadi...."

"Eh, tapi, apa iya? Masa Tantra mau sama pembantu?"
"Kalau tiap hari ketemu, tinggal satu rumah?"
"Iya, juga, ya?"
Kedua gadis itu tidak menyadari kalau Tantra berdiri di belakang mereka dengan wajah merah padam.
"Tapi...kira-kira siapa dulu  yang merayu?"
"Ah, pasti pembantunya itu. Tantra kan cuek sama perempuan."
"Jadi?"
"Ya, pembantunya, itu sudah pasti. Setelah hamil, dia merengek-rengek minta dinikahi."
Sekuat tenaga Tantra menahan diri agar tangannya tidak menghajar habis kedua gadis itu. Nada menggenggam tangan kanannya erat tetapi lembut.
"Tapi bisa kan Tantra menolak? Kasih saja uang, kan beres."
"Mungkin...," percakapan terhenti. Kedua gadis itu menyadari objek pembicaraan ternyata berdiri di dekat mereka.
 

Selasa, 03 Juli 2012

Jarak

Angin kencang mengempasku
jatuh ke dalam pusaran waktu
yang hanya mengenal rindu

Terpojok di sudut senyap membeku
menjaring rembulan yang tersipu
dari balik awan kelabu

Bentang waktu memaku
segala yang telah berlalu
bersama gugur daun-daun layu