Nada semakin resah. Ibu bukannya memberikan jalan keluar atau paling tidak semangat, malah menjelek-jelekkan Tantra menantunya itu,
"Nah, apa kata Ibu, Nada?"ujarnya begitu putri sulungnya selesai bercerita. "Itulah susahnya punya suami lebih muda. Jangan-jangan itu cuma alasan dia."
"Maksud Ibu?"
"Iya, menuduhmu selingkuh, padahal dia sendiri yang sudah bosan."
Nada terdiam.
"Kamu tidak percaya? Coba ingat-ingat lagi, berapa kali dia merayumu, menyebutmu cantik?"
Mau tak mau Nada tersenyum. Hm...berapa kali, ya? Ah, Tantra suami yang romantis. Soal rayu-merayu, dia ahlinya.
Tia sewot melihat putrinya yang mirip orang tidak waras. "Nada, kok malah senyum-senyum sendiri?!"
Nada tersentak. "Eh, i...iya, Bu...."
"Dasar ini anak, "gerutu wanita itu. "Berapa kali dia memujimu cantik?"
"Mm...sering, Bu...."
"Aah, pasti kalau ada maunya. Iya, kan?"
"Maksud Ibu?"
"Ya...kalau ada maunya, "sahut Tia melirik perut anaknya. "Kalau tidak, mana mungkin perutmu buncit begitu."
Nada mendesah.
Cakra tercengang. Malam itu Tantra datang sambil membawa ransel. Ayahnya tentu saja heran, sejak kapan putra sulungnya itu hobi naik gunung?
"Mana istrimu?"
Tantra meletakkan ranselnya di atas sofa. "Tidak tahu."
"Hah?"Cakra tercengang. "Istrimu pergi, dan kamu tidak tahu ke mana?"
"Apa perduliku?"tukas Tantra menghempaskan tubuhnya ke sofa.
Pria setengah baya itu merasa ada yang tidak beres. Dengan tenang ia duduk di samping anaknya.
"Kalian bertengkar?"
"Tidak."
"Lalu kenapa tidak temani istrimu?"
"Untuk apa? Dia sudah punya supir pribadi."
Cakra mengerutkan kening. "Maksudmu...kamu menuduh istrimu selingkuh, begitu?"
"Itu bukan tuduhan, Ayah. Itu kenyataan. Aku melihatnya sendiri."
"Mas, itu tidak mungkin, "sela Rafa yang tiba-tiba keluar kamar. Rupanya gadis iseng itu menguping pembicaraan ayah dan kakaknya sejak tadi.
"Apanya yang tidak mungkin?"
"Mas, Mbak Nada itu istri yang sangat setia."
"Setia? Sejak kapan kamu jadi pembela perempuan itu, Rafa?"
"Mas!"Rafa kaget mendengar sebutan kakaknya untuk Nada. "Dia itu istrimu."
"Tantra, kamu menyesal menikah dengan Nada?"
Tantra mengerutkan kening.
"Menyesal, karena dia lebih tua? Ingat, Tantra...dia istrimu dan sedang mengandung anakmu."
Tantra terdiam sejenak. "Ayah, bukannya dia yang menyesal? Jangan-jangan laki-laki itu lebih jago merayu dibanding aku."
Cakra menarik napas panjang. Rafa menoleh ke arah ayahnya.
"Nah, apa kata Ibu, Nada?"ujarnya begitu putri sulungnya selesai bercerita. "Itulah susahnya punya suami lebih muda. Jangan-jangan itu cuma alasan dia."
"Maksud Ibu?"
"Iya, menuduhmu selingkuh, padahal dia sendiri yang sudah bosan."
Nada terdiam.
"Kamu tidak percaya? Coba ingat-ingat lagi, berapa kali dia merayumu, menyebutmu cantik?"
Mau tak mau Nada tersenyum. Hm...berapa kali, ya? Ah, Tantra suami yang romantis. Soal rayu-merayu, dia ahlinya.
Tia sewot melihat putrinya yang mirip orang tidak waras. "Nada, kok malah senyum-senyum sendiri?!"
Nada tersentak. "Eh, i...iya, Bu...."
"Dasar ini anak, "gerutu wanita itu. "Berapa kali dia memujimu cantik?"
"Mm...sering, Bu...."
"Aah, pasti kalau ada maunya. Iya, kan?"
"Maksud Ibu?"
"Ya...kalau ada maunya, "sahut Tia melirik perut anaknya. "Kalau tidak, mana mungkin perutmu buncit begitu."
Nada mendesah.
Cakra tercengang. Malam itu Tantra datang sambil membawa ransel. Ayahnya tentu saja heran, sejak kapan putra sulungnya itu hobi naik gunung?
"Mana istrimu?"
Tantra meletakkan ranselnya di atas sofa. "Tidak tahu."
"Hah?"Cakra tercengang. "Istrimu pergi, dan kamu tidak tahu ke mana?"
"Apa perduliku?"tukas Tantra menghempaskan tubuhnya ke sofa.
Pria setengah baya itu merasa ada yang tidak beres. Dengan tenang ia duduk di samping anaknya.
"Kalian bertengkar?"
"Tidak."
"Lalu kenapa tidak temani istrimu?"
"Untuk apa? Dia sudah punya supir pribadi."
Cakra mengerutkan kening. "Maksudmu...kamu menuduh istrimu selingkuh, begitu?"
"Itu bukan tuduhan, Ayah. Itu kenyataan. Aku melihatnya sendiri."
"Mas, itu tidak mungkin, "sela Rafa yang tiba-tiba keluar kamar. Rupanya gadis iseng itu menguping pembicaraan ayah dan kakaknya sejak tadi.
"Apanya yang tidak mungkin?"
"Mas, Mbak Nada itu istri yang sangat setia."
"Setia? Sejak kapan kamu jadi pembela perempuan itu, Rafa?"
"Mas!"Rafa kaget mendengar sebutan kakaknya untuk Nada. "Dia itu istrimu."
"Tantra, kamu menyesal menikah dengan Nada?"
Tantra mengerutkan kening.
"Menyesal, karena dia lebih tua? Ingat, Tantra...dia istrimu dan sedang mengandung anakmu."
Tantra terdiam sejenak. "Ayah, bukannya dia yang menyesal? Jangan-jangan laki-laki itu lebih jago merayu dibanding aku."
Cakra menarik napas panjang. Rafa menoleh ke arah ayahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar