Rabu, 06 April 2011

Di Arung Jeram Cinta

Mengingat awal masa pernikahan tentu mengesankan bagi setiap yang pernah mengalaminya. Dengan catatan, pernikahan itu berlangsung atas kemauan kedua belah pihak dan kehidupan mereka selanjutnya cukup atau bahkan sangat bahagia. Lihat saja, wajah orang-orang itu. Memang tidak jarang ada rona memerah terpancar di raut muka mereka tetapi sinar kebahagiaan pun tampak jelas dan tidak bisa ditutup-tutupi.

Tetapi tidak demikian halnya dengan Nada. Bukannya bahagia, dia malah malu bercampur jengkel setiap teringat peristiwa yang hanya sekali terjadi pada awal pernikahan itu.Wanita itu mengakui Tantra suami yang begitu penyabar. Bayangkan saja ia tidak pernah marah karena istrinya selalu menunda-nunda. Bukannya berpura-pura, Nada memang sangat trauma dengan sikap mantan tunangannya yang sering melecehkan dirinya.
Hanya saja wanita itu lupa dengan satu sifat menonjol suaminya yang lumayan menjengkelkan, yaitu gemar melakukan sesuatu tanpa permisi yang membuat sang Istri terkejut, lalu akhirnya gondok berat.

Nada teringat keesokan paginya ia menyiapkan sarapan pagi dengan wajah keruh. Ia benar-benar jengkel dengan yang dilakukan Tantra semalam.
"Kalau cemberut tambah cantik, kok, "Tantra malah cengar-cengir. Ia sudah duduk manis menghadapi nasi dan sayur lodeh di meja makan.
Pakai coba-coba merayu segala, gerutu Nada dalam hati. Ia meletakkan sepiring telur dadar dan teri putih goreng. Tak lupa semangkuk kecil sambal terasi telah menunggu untuk dijadikan teman bersantap.
"Mbak, masih marah, ya?" tanya Tantra menerima piring yang disodorkan istrinya.
Nada diam saja. Pakai tanya lagi. Sudah gak pakai permisi, eh lagaknya itu santai sekali. Tapi...kenapa aku jadi marah, ya? Kan aku juga diam saja? Ah, sudahlah, bingung.
Melihat istrinya diam saja, Tantra tersenyum. "Ya sudah, aku minta maaf. Aku janji yang berikutnya kita ada kesepakatan."
"Aku tidak percaya karena suamiku punya hobi slonong boy."
Tantra memasang tampang iseng. "Kalau begitu, nanti malam kita ulangi lagi. Aku janji pakai permisi dulu."
Nada mengerutkan kening. Ia mencoba mencerna ucapan suaminya barusan. Tunggu, apa yang mau diulangi? Rasanya kurang jelas. "Tunggu, apanya yang mau diulangi?"tanyanya mencari ketegasan.
"Yang tadi malam..., "Tantra tidak sempat menyelesaikan jawabannya karena Nada sudah mencubit lengannya tanpa ampun. Tetapi bibir istrinya menyembunyikan senyum tertahan.

Ah, Nada tersentak dari lamunan. Ia memperhatikan Tantra yang sibuk dengan laptopnya. Suaminya itu memang tipe pekerja yang workholic. Sudah sampai di rumah masih saja sibuk dengan pekerjaan di kantor.
"Kok, ditutup?" tanya Nada melihat suaminya mentup laptopnya.
"Aku baru ingat, "wajah Tantra tampak serius.
"Ingat apa?"
"Foto-foto itu."
"Foto-foto yang mana?"
"Foto-foto kita waktu mau pergi ke rumah Pak Wiryo?"
"Oh, "Nada baru teringat. "Iya, aku ingat sekarang, lalu?"
"Kita lanjutkan."
Nada tercengang. Suaminya ini memang ada-ada saja. Yang benar saja, masa malam-malam dia harus berdandan? Ini kan waktunya orang tidur? Ia menoleh ke arah suaminya hendak menyatakan penolakan, tetapi ia melihat dari sorot mata itu menandakan pantang ditolak.
Nada mengalah. Ia turun dari tempat tidur dan menuju lemari pakaian.


"Lisa, maafkan aku, "ujar Danar menggenggam tangan Lisa lembut. Ia sangat bersyukur keadaan istrinya membaik pagi itu.
"Aku senang Mas menjengukku."
"Iya, aku juga senang kau semakin sehat."
"Kau harus makan, "sela Randy mengangkat sesendok nasi sup makaroni.
"Biar aku saja, "ujar Danar menyambut sendok itu. "Biar aku yang menyuapi istriku."
"Baiklah, "Randy tersenyum.

Tidak ada komentar: