Kejutan. Herman datang bersama istri dan adiknya. Lebih mengejutkan lagi, Meyra membuat pengakuan. Pengakuan yang sangat mengejutkan Nada.
Wanita yang sedang mengandung tujuh bulan itu hanya bisa menahan napas saat gadis cantik berkulit kuning langsat menceritakan peristiwa malam itu. Ia bertanya-tanya dalam hati apakah suaminya telah melakukan hal yang begitu jauh? Seandainya benar, rasanya hal itu tidak terlalu mengherankan. Mana ada suami muda belia bisa bertahan setia kalau mendapat istri yang beberapa tahun lagi akan keriput, sementara sang suami masih tampan dan gagah?
"Mbak sungguh beruntung, "ujar Meyra setelah diam beberapa saat.
"Maksud Dik Meyra?"
"Suami Mbak begitu mencintaimu dan sangat setia."
Nada mengerutkan kening tak mengerti.
Herman mendehem. "Sebenarnya kedatangan kami memang ingin menjelaskan duduk perkara yang saya yakin pernah mengusik kalian, "laki-laki itu berpaling ke arah Asri, istrinya.
"Benar, Mbak Nada, "sahutnya. "Beberapa hari ini Dik Meyra sangat gelisah. Ia merasa bersalah telah ikut andil dalam masalah yang begitu memalukan."
Nada masih mendengarkan.
Tantra terpaku. Ia hanya balas menatap.
"Maukah kaumaafkan aku?"Danar mengulangi pertanyaannya. Kali ini dengan nada penuh permohonan.
"Danar, "Tantra menatap dalam-dalam pria yang berusia tiga belas tahun lebih tua daripadanya itu. "Sejak dulu aku tak pernah menaruh dendam kepadamu. Tapi...."
"Tapi apa?"
"Aku tak tahu bagaimana dengan istriku. Maaf, aku tak bisa menjamin kau akan mendapatkannya, "tanpa menunggu jawaban Danar, pemuda itu bergegas meninggalkan ruang tunggu keluarga pasien.
Danar terpaku. Ia menyadari bahwa sebenarnya pemuda itu sulit memaafkan dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar