Minggu, 24 April 2011

Di Arung Jeram Cinta (Bab IX)

Ini sungguh-sungguh tidak terduga. Waktu memang berlalu tanpa terasa dan terjadilah pertemuan yang tidak direncanakan sedikitpun ini. Masa remaja meskipun telah lama berlalu, tetapi tetap saja mampu menyimpan kenangan tersendiri. Apalagi kalau itu berwujud cinta pertama.
"Sudah berapa bulan?"tanya Randy sambil pandangannya melirik ke arah perut Nada yang membuncit. Ia bertanya-tanya siapa gerangan suami adik kelas semasa SMA ini.
"Delapan bulan, "Nada tersenyum. Dadanya berdegup kencang. Kembali wanita itu teringat kala pertama ia mengenal cinta.
Tetapi, cinta itu kandas di tengah jalan. Randy, kakak kelas Nada notabene ketua OSIS itu ternyata adalah the most wanted di SMA mereka. Jelas saja, Nada yang bertampang biasa-biasa saja ditambah kulitnya yang gelap untuk ukuran Indonesia itu langsung tereliminasi. Ya, Nada kalah bersaing dengan gadis-gadis cantik dan agresif yang juga menaruh hati kepada sang Ketua OSIS.
Memang, akhirnya Randy mengetahui bahwa sebenarnya adik kelas dua tahun di bawahnya itu mempunyai perasaan tertentu kepadanya, tetapi ia tidak mungkin membohongi diri sendiri.Ia tidak memiliki perasaan apa-apa.
Tetapi, masyaAllah. Ada apa ini? Mengapa Randy merasa detak jantungnya begitu kencang? Padahal, belasan tahun yang lalu, ia tidak pernah merasakan hal ini ketika bertemu atau berbicara dengan Nada. Tetapi, mengapa sekarang...?

Banu terkejut. Pemuda itu dapat membaca perubahan di raut wajah Tantra. Kakak iparnya itu melempar bungkus permen ke tong sampah dengan kasar.
"Tantra, ada apa?"
"Tidak ada apa-apa."
"Tidak ada apa-apa, tapi wajahmu merah padam begitu?"
Tantra menoleh ke arah adik iparnya dengan gusar. "Kau ini kenapa, Banu? Sore ini cerewetmu melebihi kakatua."
Banu memilih diam.


Nada benar-benar tidak mengerti. Sejak kembali dari membeli oleh-oleh untuk Lisa sampai pulang dari rumah sakit, Tantra diam saja. Suaminya itu hanya berbicara seperlunya.
"Ini minumnya, Mas, "Nada meletakkan secangkir teh hangat di meja ruang tengah.
Tantra melempar koran yang dibacanya dan beranjak meninggalkan istrinya.
"Mas!"
Tantra menghentikan langkah. "Aku mau tidur, "katanya tanpa menoleh.
Nada bergegas mengejar. "Mas, kenapa? Mas marah?"
Laki-laki itu menatap istrinya tajam. "Aku mau tidur. Jelas?"
Wanita itu mundur selangkah.


Tidak ada komentar: