Senin, 31 Januari 2011

Di Arung Jeram Cinta

Film atau sinetron bertema KDRT adalah salah satu tayangan yang tidak disukai Rafa. Menduduki peringkat kedua, tayangan berbau pornografi. Merendahkan martabat kaum hawa, begitu alasan gadis manis yang lincah itu. Tentu saja kalau yang jadi model sesama wanita. Kalau yang jadi model, pria, gantian Tantra yang mencak-mencak.
Sebenarnya kakak beradik itu memiliki sifat dan karakter yang hampir sama. Sama-sama iseng dan baik hati, tidak tahan melihat penderitaan sesama makhluk hidup.
Cakra dan Afna lebih mengkhawatirkan putri mereka dibanding si Sulung. Lebih-lebih Afna sebagai ibu yang melahirkan dengan susah payah (kelahiran Rafa melalui operasi caesar).
Rafa menggeram. Adik Tantra satu-satunya ini memang aneh, membenci sinetron bertema KDRT, tetapi malah paling sering menontonnya. Alhasil, sepanjang cerita, dari awal hingga akhir, tak henti-hentinya menggerutu dan berdecak.
Plak! Adegan suami menampar istrinya. Sang Istri yang kurus kering itu langsung terlempar ke sudut kamar. Wanita itu menangis tersedu-sedu.
"Kenapa perempuan bisanya cuma menangis?"
"Tidak, kalau perempuan itu adikku."
Rafa menoleh. Ia bangkit dari sofa dengan wajah gembira. "Mas Tantra?"
Tantra tersenyum memeluk adiknya.
"Suka sinetron ya, Dik?"sapa Nada sambil mencium kedua pipi adik iparnya.
"Dia ini pembela kaum wanita dari penindasan laki-laki, "ujar Tantra kepada istrinya. "Makanya ia suka menonton film drama rumah tangga."
"Oh ya? Mau cepat-cepat menikah ya?" Nada duduk di samping suaminya.
"Ah, Mbak Nada, aku mau lulus kuliah dulu, "tukas Rafa tersipu. "Baru cari kerja."
"Paling-paling jadi tukang pukulnya para istri yang mengalami KDRT, "sela Tantra tanpa memedulikan adiknya yang melotot kesal.
"Ah, masa?"Nada tampak tak percaya.
"Dia sampai ikut dua latihan bela diri, judo dan taekwondo, "Tantra malah melanjutkan ceritanya. "Katanya, biar bisa melawan kalau punya suami hobinya pukul istri sama anak."
Rafa menatap Nada yang tampak terheran-heran. "Mas Tantra asal ngomong, Mbak, "tukasnya. "Oh ya, mau minum apa?"
"Apa saja, "sahut Tantra cepat.
"Air dari kran juga mau?" Sebuah bantal kursi langsung hinggap di wajahnya.

Tidak ada komentar: