Rabu, 26 Januari 2011

Di Arung Jeram Cinta (Bab V)

Ini benar-benar tak biasa. Tidak seperti biasanya, Tantra pulang dari kerja disambut dengan wajah keruh. Nada bukannya tidak mencoba tersenyum manis, tetapi sayangnya yang terlihat justru senyum masam. Ini pasti ada apa-apa.
Tantra mencoba bersikap wajar dan tidak terpancing emosi. Kedudukannya sebagai seorang kakak dalam keluarga melatihnya demikian. Tidak jarang adiknya si Rafa suka merajuk dan kalau sudah begitu Tantra harus dapat melakukan sesuatu untuk mengakhiri aksi demo adiknya.
Nada meletakkan secangkir teh hangat di meja ruang tengah tanpa berkata sepatah pun. Tantra memandang istrinya penuh tanya. "Mbak."
Nada kembali membalikkan tubuh.
"Tidak temani aku?"
"Aku belum menanak nasi."
Tantra tak bertanya lagi, ia membiarkan istrinya berlalu.


Sementara itu di teras sebuah rumah yang cukup mewah, Herman menepuk pundak Meyra sambil tersenyum puas. Ia sangat bangga memiliki adik yang tidak mudah putus asa.
"Mas Herman yakin?"
"Oh, tentu saja."
Meyra mengerutkan kening. Ia tampak belum mempercayai ucapan kakak semata wayangnya itu.
"Kenapa Mas begitu yakin?"
"Adikku manis, Mas sudah cari informasi tentang Tantra dan mendapatkan simpulan bahwa perlu waktu lama untuk menundukkan laki-laki itu. Padahal waktu kita tidak banyak."
Meyra mengangguk-angguk. "Jadi, karena itu, Mas menyuruhku memengaruhi istrinya?"
"Tepat! Mas tahu benar kalau istri Tantra takut sekali kehilangan suaminya. Hm, kalau kamu lihat fotonya pasti akan percaya kenapa bisa seperti itu."
"Jadi selama ini Tantra dikerangkeng istrinya?"
"Tidak, tentu tidak. Laki-laki kalau dikerangkeng malah kabur."
"Termasuk kakakku ini juga?"Meyra mengerling, menggoda kakaknya.
Herman terbahak. "Hush, itu rahasia, "tukasnya. "Oh ya, jangan sampai ada yang tahu rencana ini selain kita, jangan juga mbak iparmu."
Meyra mengangguk mantap.


Habis sudah kesabaran Tantra. Sejak sore tadi, Nada selalu menghindar. Sekarang, saat makan malam pun, ia malah beranjak menuju tempat cuci piring di sudut ruang makan. Cepat, Tantra mematikan kran yang baru dinyalakan istrinya.
Nada tersentak.
"Kita harus bicara."
Nada memalingkan wajahnya.
Tantra tidak perduli, ia menarik tangan istrinya dan mengajaknya duduk di kursi makan.
"Mbak, ada apa?"
Nada diam saja.
"Kamu marah?"
Bukannya menjawab, wanita itu malah melangkah cepat menuju kamar meninggalkan suaminya yang masih kebingungan.

Di kamar, Nada bersandar di dinding dengan lemas. Seharusnya ia tahu diri. Bodohnya ia berharap bahwa Tantra akan menjadi suami yang setia. Mana mungkin ada suami setia sampai mati kalau dapat istri perawan tua? Tadinya Nada berharap suami meniru Nabi Muhammad dalam hal kesetiaan. Ternyata, harapan tinggal harapan. Tantra tidak ada bedanya dengan laki-laki lain, menilai perselingkuhan sebagai hiburan sampingan.
Bisa jadi, justru dirinya hanya sampingan dan yang di luar, gadis bersuara merayu itulah yang lebih utama. Seberapa jauh hubungan keduanya?
Nada menggigit bibir menahan tangis yang akan pecah. Tiba-tiba ia teringat sudah dua minggu lebih ia tidak datang bulan.

Tidak ada komentar: