Selasa, 18 Januari 2011

Di Arung Jeram Cinta

Rafa nyaris menjerit kaget. Sepasang tangan menekan pundaknya lembut dan berbisik, "Anak kecil dilarang mengintip."
Rafa menoleh dan meringis nakal. "Ah, Ibu, "katanya. "Mas Tantra lagi uring-uringan."
"Biar saja, nanti kalau sudah dirayu Mbak Nada kan jadi senyum-senyum, "tukas Afna mengerling iseng.
"Ibu ternyata iseng juga."
"Lho, kamu sendiri suka iseng, memangnya kamu pikir turunan dari siapa?"Afna menatap putrinya, berlagak serius. Tetapi, sinar matanya menyiratkan tawa.
Rafa bengong. "Ayah yang pendiam itu kok bisa naksir Ibu yang suka iseng, ya?"
"Soalnya Ibu cantik, makanya ayahmu naksir mati-matian sama Ibu, "sahut Afna pede.
"Ih, Ibu ini, seperti gadis remaja saja."
Afna menggamit tangan anak gadisnya, "Ayo, bantu Ibu siapkan makan malam."
"Siap, Bos, "Rafa memberi hormat ala tentara.
Afna mengulum senyum.


Pukul sebelas malam, Nada terbaring di ranjang kamar dengan mata terbelalak. Belum sedikit pun kantuk menyerangnya. Entahlah, tiba-tiba saja ia ingin mengenang kembali perjalanan hidupnya selama hampir setahun ini. Apa saja yang telah ia lakukan? Yang jelas, ia tidak lagi berstatus single melainkan telah menjadi seorang istri.
Tantra, pemuda yang menjadi suaminya itu. Sejak kali pertama bertemu, tepatnya melihat, Nada merasa ia adalah orang yang sangat baik. Apalagi setelah mendengar peristiwa yang dialami Tantra saat itu. Remaja kelas XII itu terkapar berlumuran darah di pinggir jalan karena berkelahi membela adiknya. Betapa besar sayangnya terhadap adik satu-satunya, sampai-sampai tak memikirkan keselamatan diri sendiri. Mungkin sebenarnya, ketika itu sudah ada benih cinta di hati Nada. Hanya saja ia malu mengakuinya. Apa kata orang-orang, teman-teman, terutama keluarganya nanti kalau sampai tahu bahwa ia jatuh hati kepada remaja belasan tahun? Ingat umur, ingat umur!
Klik. Pintu terbuka. Nada menoleh. Suaminya berdiri di hadapannya sambil melempar senyum.
"Akhir-akhir ini kau suka begadang, "ujar Tantra sambil menutup pintu.
"Aku belum mengantuk, "sahut Nada beranjak duduk.
"Kalau begitu, kita menonton tivi saja, "usul Tantra. "Ada acara bagus."
"Oh ya, apa?"
"Sepak bola."
Hah? Nada tercengang. Sepak bola? Yang benar saja? Apanya yang menarik? Satu bola dikeroyok ramai-ramai, sampai tidak kelihatan bolanya.
"Ayo, "tanpa menunggu jawaban Nada, Tantra menarik tangan istrinya.
Kali ini Nada memutuskan untuk mencoba menyesuaikan diri, mengikuti hobi suaminya, yaitu menonton pertandingan sepak bola. Untung saja, Tantra tidak lagi memilih menonton langsung di stadion, setelah Nada ketakutan karena nyaris terkena lemparan batu suporter yang mengamuk gara-gara tim kesayangannya kalah.
"Gool!" seru Tantra tiba-tiba. Dan Nada merasa pundaknya remuk, tanpa basa-basi suaminya itu memeluk pundaknya dan mengguncangkannya kuat-kuat. "Hebat kan, Christian Gonzales?"
"I..iya..., "sahut Nada sambil mengusap-usap pundaknya. Ditatapnya suaminya yang masih belum sadar sudah 'menganiaya' istrinya, malah semakin fokus menonton bola.
Tiba-tiba sebersit pikiran iseng muncul di benak Nada. Ia ingin menggoda suaminya.
Tantra menoleh terkejut. Nada mengaduh sambil memegangi pundaknya.
"Mbak, kenapa?"
Nada tidak menjawab. Ia terus mengurut-urut pundaknya.
Tantra menjadi cemas. Seketika itu juga ia melupakan acara di televisi dan berusaha menolong istrinya. Tetapi, kok... Nada jadi lebih cantik dengan gaun putih tulang berenda kuning? Rambutnya yang hitam terurai sampai pundak, dan ternyata baru sekarang Tantra menyadari bahwa tiba-tiba ia ingin mencium....
"Stoop!"seru seseorang dengan histeris.
Tentu saja sepasang suami istri itu terlonjak kaget.

Tidak ada komentar: