Tantra membuka pintu kamar. Nada tidak mengacuhkan, bahkan sedikitpun ia tak menoleh. Wanita itu masih bersandar di dinding.
"Mbak, katakan ada apa? Kau ini aneh sekali?"
Nada menoleh, menatap suaminya dengan marah, Kau yang aneh, suamiku tercinta! Jujur sajalah, kalau kamu menyesal punya istri setua aku!"
"Kau ini bicara apa?!"
Nada menunduk, menyembunyikan butir-butir air mata yang mulai menetes di pipi. "Bukankah sebelum kaumelamarku, sudah kutanyakan apa hal ini sudah kamu pikirkan masak-masak?"ujarnya dengan bibir gemetar.
"Kau yang memasalahkan hal itu, Nada. Aku tidak, "tukas Tantra dingin.
"Tidak, aku tahu kau mulai memikirkan perbedaan usia kita, "Nada tak mau kalah.
Tantra menatap istrinya, ia mencoba berpikir lebih jernih. "Katakan, ada apa sebenarnya?"
Nada balas menatap suaminya. Mencoba mencari kejujuran di sana. "Jadi, kau benar-benar tidak tahu?"
"Kalau aku tahu, aku tidak akan bertanya."
"Siapa Meyra?"
"Meyra?" Tantra mengerutkan kening. Ia mencoba membuka daftar nama dalam memori otaknya. Tetapi, ia tidak ingat sedikitpun nama Meyra, bahkan nama itu asing baginya.
"Tapi, ia meneleponmu, "ujar Nada ketika melihat suaminya menggeleng. "Dari mana ia tahu nomor ponselmu."
"Paling-paling salah sambung atau telepon iseng."
"Dia miss called sampai lima kali, Mas! Dan itu yang kamu kata iseng?"
Tantra tercengang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar