Minggu, 02 Januari 2011

Kisah Kerajaan Pantang Mundur

Akhir-akhir ini banyak blog bermunculan bagaikan jamur di musim hujan. Orang-orang dari berbagai usia dan profesi pun tidak mau ketinggalan, berlomba-lomba membuat blog. Walaupun ada juga yang hanya pasang judul, sedangkan blognya tidak pernah diisi (yang merasa tersindir jangan marah, ya. Saya juga punya blog spesalis judul, kok).
Al kisah tersebutlah sebuah kerajaan bernama Pantang Mundur yang berdiri megah di wilayah mungil dengan penduduknya yang ramah tamah. Kerajaan ini sangat terkenal sampai ke pelosok dan sangat disegani oleh kerajaan-kerajaan lain.
Raja Kerajaan Pantang Mundur adalah seorang yang arif bijaksana. Kadang-kadang arif, lain waktu ia bijaksana (apa ya bedanya?) Yang jelas Yang Mulia Baginda tidak bernama Arif Bijaksana.
Baginda selalu menginginkan kemajuan bagi kerajaan dan rakyatnya, terutama dalam bidang teknologi spesialis internet. Maka ia menyediakan fasilitas internet gratis online 24 jam (kecuali kalau listrik padam, komputer ngadat, atau sebab-sebab yang lain). Ia sangat mengharap seluruh rakyatnya tidak lagi gaptek (gagap teknologi) . Malu kan, masa kerajaan terkenal, penduduknya buta teknologi? Tetapi sebelum memerintahkan rakyat mengakses internet, sang Raja pun belajar lebih dulu karena ingin memberi telatan eh salah, teladan.
Sang Raja yang terkenal dengan kegigihannya itu pun kini telah berhasil membuat nyaris 100 persen dari total jumlah rakyatnya terbebas dari buta internet. Suatu hasil yang fantastis karena dalam waktu relatif singkat, raja mampu mengentaskan 99,9% rakyatnya dari gaptek.
Keputusan raja yang membebaskan rakyat menggunakan fasilitas internet kerajaan 24 jam itu tentu saja disambut gegap gempita oleh rakyat. Mereka bersyukur memiliki pemimpin yang arif dan bijaksana. Mereka pun berlomba-lomba mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan teknologi khususnya internet.
Seiring dengan berjalannya waktu, Tuanku Yang Mulia Baginda tidak ingin rakyatnya sekadar mengetahui dunia maya tetapi lebih dari itu. Ya, beliau juga mengharapkan rakyatnya untuk berkarya. Pengumuman melalui dunia maya pun berkumandang.
Wahai rakyat Kerajaan Pantang Mundur yang tercinta, bacalah pengumuman ini!
Pengumuman!
Mulai saat ini kalian wajib membuat blog ! Perintah Baginda Raja tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat-menyurat!
Tentu saja sang Baginda tidak asal memerintah, beliau juga mengadakan beberapa kali pembinaan dan pelatihan sampai rakyatnya menguasai ilmu blog-blogan.
Seperti biasa raja tersebut telah membuat blog lebih dulu sebelum membuat pengumuman itu. Satu hari sang Baginda mampu melakukan posting sampai 100 kali (kebanyakan nih, kurangi 0-nya satu boleh kan, daripada 1-nya yang dikurangi). Satu hari beliau menghasilkan 10 artikel maupun opini.
Tetapi sayang seribu sayang, belum 100% rakyatnya yang melaksanakan perintah rajanya. Alasan mereka beragam, ada yang mengatakan tidak punya waktu, fasilitas internet masih kurang sehingga harus bergiliran, dan beberapa alasan lainnya. Setelah menunggu dan berusaha bersabar beberapa waktu, Baginda pun memutuskan untuk memberikan ultimatum kepada rakyatnya yang belum juga membuat blog. Ia menentukan akan memberlakukan deportasi atau menghapus kewargakerajaan kepada rakyat yang membangkang itu. Deportasi diberlakukan bagi rakyat imigran, sedangkan menghapus kewargakerajaan diberlakukan bagi rakyat penduduk di sekitar kerajaan.
Baginda Kerajaan Pantang Mundur tampaknya terlupa satu hal. Rakyatnya memiliki kewajiban yang lebih utama dibanding membuat blog. Membuat blog hanya dapat dilakukan pada saat longgar dan harus diselesaikan dalam waktu berjam-jam. Padahal ada tanggung jawab lain yang tidak dapat ditunda atau ditinggalkan begitu saja.
Seandainya tidak satu pun rakyat yang dapat atau sempat membuat blog, maka pasti terjadilah korban-korban deportasi dan warga yang tidak punya status kewargakerajaan. Lha, kerajaannya bisa bubar. Padahal syarat-syarat berdirinya kerajaan kalau tidak salah : 1. memiliki wilayah, artinya ada kerajaan yang nyata, 2. sudah ada rajanya, dan 3. rakyat yang tinggal di wilayah itu. Kalau kerajaan bubar, berarti dinasti Pantang Mundur bisa-bisa hanya tinggal nama.
Sampai detik ini kerajaan tersebut masih berdiri dengan megahnya tetap dengan Sri Baginda yang arif bijaksana itu, walaupun kadang-kadang suka lupa dengan predikat tersebut (wajar kan, 'Raja juga manusiaaa'!).
Kisah Kerajaan Pantang Mundur

Catatan : Cerita ini khayalan belaka. Jika ada beberapa bagian yang sama, hal itu bukan merupakan kebetulan.

1 komentar:

RahmatHarounHashim mengatakan...

Raja Kerajaan Pantang Mundur adalah seorang yang arif bijaksana. Kadang-kadang arif, lain waktu ia bijaksana (apa ya bedanya?) Yang jelas Yang Mulia Baginda tidak bernama Arif Bijaksana.

Menurut saya, arif itu tahu secara mendalam, lihai, pandai banget. Biasa bijaksana itu melibatkan wisedom. Untuk memahami bijaksana harus membandingkan dengan 'bijaksini'. Bijaksini bermakna bijaknya bersifat setempat, lokal. Hanya disini aje bijaknya sedangkan bijaksana, bijaknya jauh, saujana (yauhana), gobal. Jadi ada orang, arif tapi tidak bijaksana, sebaliknya ada orang yang tidak arif namun bijakana. Yang lain, udahlah tidak arif sama sekali tambah bijaksini. Jadi khilaf bijaksini, antonimnya arif bijaksana. Bahasa Melayu kaya dengan simpulan begini, seperti neraka jahanam. Jahanam kan bermakna neraka.
Salam.