Jumat, 18 Maret 2011

Di Arung Jeram Cinta

Tantra hanya nyengir kuda dikeroyok orang tua dan adiknya. Nada mengulum senyum melihatnya. Dalam hati tak henti ia bersyukur mendapat suami sebaik Tantra. Bukan hanya baik, dia pun selalu bersikap dan bertutur lembut dan santun. Kelebihan lainnya, setia dan penuh perhatian. Semua itu semakin tampak sempurna karena ditunjang penampilan di atas rata-rata. Jadi, kurang apalagi?
"Kalian tidak lapor polisi?"tanya Afna yang benar-benar cemas keselamatan anak dan menantunya.
"Benar, Tantra, "sela Cakra. "Itu bukan perkara yang bisa kamu pandang sebelah mata. Kalau sekarang istrimu atau kau bisa selamat, tapi bagaimana kalau lain kali?"
Tantra dan Nada berpandangan.



Rupanya malam yang hampir menjadi petaka bagi Nada merupakan hikmah tersendiri bagi Meyra. Ia memutuskan untuk menyudahi semua kegilaan yang telah ia lakukan. Selembar kertas yang bertuliskan pesan dari Tantra di dinding kamar mandi kantor benar-benar telah menyentak akal sehatnya.
"Mas, jangan ganggu Meyra lagi, "begitu kata gadis itu saat kakaknya meminta untuk mencoba merayu Tantra lagi.
"Kenapa kamu menyerah?"tanya Herman terheran-heran melihat perubahan sikap adiknya yang begitu drastis.
"Aku ingin tenang, Mas. Itu saja."
Herman menghela napas berat. Urusan jadi semakin gawat. Tetapi mana mungkin ia menceritakan ancaman Danar?
"Kalau kau tak bisa membujuk adikmu, akan kusulap kalian supaya tidur di kolong jembatan, "ujar Danar dua minggu yang lalu. "Dan adikmu, terlalu cantik untuk dibiarkan...."
Ah! Herman menatap adik semata wayangnya penuh sayang. Siapa yang sanggup menghadapi kenyataan bahwa saudara tersayangnya berada dalam bahaya?
Sementara Meyra mendongak. Pemandangan langit malam itu hanya dihiasi bulan paruh.

Tidak ada komentar: