Minggu, 05 Juni 2011

Di Arung Jeram Cinta

Akhirnya Ratih mengizinkan Lisa pulang. Selain keinginan pasien sendiri, kondisi wanita itu sudah cukup baik dan stabil. Jadi, Ratih memutuskan Lisa untuk berobat jalan seminggu dua kali.
Tentu saja Lisa sangat gembira dengan keputusan dokter yang murah senyum itu. Pagi itu ia tampak berseri-seri menunggu kedatangan Danar untuk menjemputnya.
"Kita makan di rumah saja, Mas, "ujar Lisa saat suaminya menuntunnya turun dari tempat tidur. "Kita belanja dulu."
"Kamu harus jaga kondisi, Lisa, "sahut Danar.
"Mas jangan khawatir, "tukas Lisa tersenyum. "Cuma masak saja."
"Baik, tapi nanti aku ikut bantu, ya?"
Lisa menatap suaminya tak percaya. "Sungguh?"
Danar tersenyum.
Di depan paviliyun, mereka berpapasan dengan Ratih. Dokter itu menyapa keduanya dengan riang, "Wah, senangnya, sudah bisa pulang."
"Terima kasih, Dokter, "sahut Lisa membalas senyum Ratih.
"Jaga kesehatan, Mbak, jangan lupa berobat jalan dua kali seminggu."
"Iya, Dok."
Ratih berpaling ke arah laki-laki yang berdiri di samping pasiennya. "Pak Danar juga wajib mengingatkan soalnya Mbak Lisa belum boleh banyak beraktivitas."
"Saya akan berusaha, Dok, terima kasih."


Minggu depan Rafa siap maju skripsi. Gadis lincah itu bersyukur karena skripsinya bisa selesai lebih cepat daripada yang diperkirakan. Kalau sukses, berarti ia berhasil menempuh kuliah dalam waktu hanya tiga tahun.
Dasar Rafa, ia tidak akan lega kalau kakaknya belum mendengar kabar gembira ini. Tenu saja ia mencari hari libur supaya dapat berkunjung ke rumah kontrakan sang Kakak.
"Selamat, ya, "Tantra mencium pipi adiknya. "Kapan ujiannya?"
"InsyaAllah minggu depan."
Nada membuka toples berisi kacang tanah goreng. "Silakan, Dik Rafa."
"Terima kasih, Mbak."
"Kalau begitu sebentar lagi sarjana, ya?"
Rafa tersenyum mendengar pertanyaan kakak iparnya. "Amin, "sahutnya.
"Minggu depan?" sela Tantra. "Minggu depan kan waktunya..., "ia memandang istrinya.
Nada mengangguk. "Iya, Mas. Kata dokter, waktunya anak kita lahir."
Rafa memandang kakak iparnya. Hatinya masih saja heran melihat jalan hidup kakak semata wayangnya ini. Istri jauh lebih tua, cantik juga tidak, masih ditambah warna kulit yang coklat tua, dan... kalau nanti bayi mereka lahir, jangan-jangan kulitnya saingan sama papan catur...ups! Rafa buru-buru berightisfar. Kok, dia jadi mengejek kakak ipar sama bakal kemenakan?


Tidak ada komentar: