Selasa, 22 Februari 2011

Di Arung Jeram Cinta

"Aku tidak sampai hati meninggalkan Lisa sendiri, "ujar Nada meminta pengertian suaminya. "Aku tidak bisa membayangkan yang terjadi padanya kalau tiba-tiba suaminya pulang."
"Lalu, maksudmu, kau ingin menginap di sini?"Tantra balik bertanya seraya menatap istrinya dengan pandangan tajam. Nada menunduk.
Ratih jadi tidak enak hati. Untunglah ponselnya berbunyi, ia segera beranjak meninggalkan sepasang suami istri yang sedang bersitegang itu.
"Lisa sahabatku...."
"Ya, dan kau istriku."
Nada mengangkat kepala. Kali ini ia memandang suaminya dengan tatapan meminta pengertian. "Kumohon mengertilah, Lisa korban kekerasan...."
"Mbak, "potong Tantra kali ini dengan intonasi penuh tekanan. "Kita punya tempat tinggal sendiri dan aku ingin kita pulang bersama, sekarang juga."
"Tapi...."
"Suamimu benar, Nada."
Serentak keduanya menoleh. Ternyata Lisa sudah berdiri di hadapan mereka. Wajahnya sudah lebih segar, hanya saja tubuhnya masih tampak lemah.
Nada buru-buru menghampiri sahabatnya. Tantra mengikuti.
"Kau masih lemah, Lisa, "ujar Nada dengan nada cemas.
"Aku tidak apa-apa, "tukas Lisa berusaha menenangkan hati sahabatnya. "Kau tak usah khawatir Mas Danar baru pulang minggu depan. Jadi, aku punya waktu cukup untuk memulihkan tenaga."
"Maksudku, aku ingin memastikan kalau kamu baik-baik saja."
"Terima kasih, Nada. Aku akan baik-baik saja, percayalah."
Tantra menggamit lengan Nada. Wanita itu menoleh.


Malam semakin larut. Irsan menarik napas panjang mendapati istrinya malah sibuk di depan layar monitor lap topnya.
Laki-laki tiga puluh tahun itu teringat. Tanpa terasa sudah lima tahun ia menjalani bahtera rumah tangga bersama Ratih, teman satu universitas. Seorang anak laki-laki berusia tiga tahun telah hadir mewarnai hari-hari mereka.

Tidak ada komentar: