Belum sempat Nada mengucap salam, sudah terdengar suara ibunya penuh emosi.
"Ternyata betul kata Ibu dulu, Nada! Suamimu itu cuma pura-pura mencintaimu!"
"Ada...."
"Ibu tidak terima putri Ibu diperlakukan seenaknya! Apalagi dengan anak ingusan macam Tantra! Huh, kamu juga terpikat sama wajah tampan dan rayuan gombalnya!"
"Ibu...."
"Pokoknya kamu harus minta cerai!"
"Tidak mungkin, Bu!"
"Kenapa tidak mungkin? Apanya yang tidak mungkin?!"
"Saya sedang hamil, Bu...."
"Apa?!"suara sang Ibu semakin histeris. Nada sampai sempat menjauhkan ponsel dari telinganya. "Kok, mau-maunya kamu...aargh...."
"Bu, Tantra suamiku dan dia ayah bakal cucu Ibu."
"Ah, cari ayah lain untuk bakal cucu Ibu."
Hubungan diputus sepihak. Nada mematikan ponselnya dengan wajah murung.
"Ada apa, Nada?"tanya Ratih simpati.
Tia menutup ponsel dengan geram. "Huh, mau-maunya anak kita dihamili anak kemarin sore yang kurang ajar itu."
"Jelas mau, Bu, kan suaminya, "sela Anwar membuat istrinya semakin melotot.
"Bapak ini, orang lagi panas malah sempat-sempatnya bercanda."
"Ibu sendiri juga cepat percaya."
"Masa Danar bohong, Pak? Apalagi dia pernah hampir jadi menantu kita."
Anwar meneguk segelas air putih dari meja tamu hingga tandas. "Bu, Ibu masih ingat penyebab Nada memutuskan pertunangan?"
Tia mengangguk perlahan. "Mm...karena Danar selingkuh...?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar