Menjalani pernikahan tanpa cinta merupakan siksaan bagi orang yang mengalaminya. Termasuk Randy. Tetapi, akhir-akhir ini ia menyadari bahwa semua terjadi karena keputusannya sendiri.Pria itu juga menyadari bahwa selama ini ia belum berusaha maksimal untuk menumbuhkan benih cintanya terhadap Nila, wanita yang sekarang menjadi istrinya.
Nila, wanita yang sangat patuh dan menghormati suaminya. Wajahnya biasa saja, untungnya jenis kulitnya tergolong kuning langsat dengan tinggi badan rata-rata untuk wanita Indonesia.Sebenarnya Randy jauh lebih beruntung dibanding nasib teman-temannya. Ada beberapa yang sedang menjalani proses perceraian dan bahkan menjalani hidup sebagai single parent.
"Mas, ada telepon, "Nila menyodorkan ponsel kepada suaminya yang sedang membaca surat kabar di beranda.
"Terima kasih, "sahut Randy menerima ponsel. "Ya, saya sendiri...."
Nila duduk di samping suaminya. Wanita itu memperhatikan suaminya yang tampak serius.
"Apa?" Randy tampak sangat terkejut, "Bagaimana keadaannya?"
"Siapa, Mas?"
"Iya, saya akan segera ke sana."
"Ada apa, Mas? Siapa yang sakit?"Nila bertanya kembali setelah suaminya mematikan ponsel.
Randy menoleh. "Dari Danar, katanya Lisa koma."
Nila tercengang. Ia tampak sangat prihatin. "Mas mau ke rumah sakit?"
Randy mengangguk.
"Saya ikut."
Randy menggeleng, memandangi istrinya yang seolah-olah membawa genderang. "Kau di rumah saja. Kata Dokter, minggu depan, kau akan melahirkan."
Nila tersenyum. "Kan masih minggu depan, Mas, "tukasnya, "Kalau sering jalan-jalan, malah memudahkan proses melahirkan."
Tanpa diduga Nila sedikitpun, Randy menyentil hidungnya. "Aku baru tahu kalau kau ini pintar."
"Pintar?"
"Iya, pintar cari alasan."
Nila tertegun. "Mas marah?"tanyanya khawatir.
Randy mengangkat alis. "Marah?"sahutnya, "mana mungkin aku marah pada ibu anakku yang ada di perutmu itu."
Nila tersenyum, ia merasa bahagia. "Jadi, boleh saya ikut?"
"Ganti bajumu, aku panaskan mobil dulu."
"Baik, Mas."
Pukul 06.00. Tantra telah rapi dengan pakaian kerjanya. Nada menggendong si Kecil dan menghampiri suaminya yang sedang mengenakan kaus kaki di teras.
"Nanti Mas pulang jam berapa?"
"Sepertinya aku harus lembur lagi, Mbak."
"Pa...cu...ca..ca..pa ca!"sahut Arsya menimpali.
Tantra tertawa. Ia telah selesai mengenakan sepatu.
"Ca..ta..ta..ca!"
Tantra beranjak dan mencium kening anaknya."Iya, nanti Ayah telepon dari kantor, "ujarnya.
Arsya tertawa lebar. "Ta...na..na..ta na na!"
"Selamat bekerja, hati-hati, Mas."
"Wah, mengusir, ya? Kan ada yang kurang, Mbak?"
Tantra memang iseng. Ia sangat senang menggoda istrinya.
"Nanti saja, "bisik Nada dengan wajah merah merona. Apa suaminya lupa kalau ada Arsya?
Tetapi mana Tantra perduli? Jangankan cuma Arsya, biarpun ditonton orang sekecamatan pun, ia pantang mundur kalau untuk....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar