Seandainya dapat, Danar akan melakukan apa saja untuk mengembalikan waktu yang telah berlalu. Tetapi, saat ini ia menyadari bahwa hal itu tidak mungkin. Bahkan, kalau ia bersedia menukar dengan nyawanya sekalipun.Terbayang semua dalam ingatannya, Lisa yang tampak bahagia saat menerima pernyataan cinta darinya, hanya seminggu setelah pertemuan mereka. Lisa memang menaruh simpati kepada Danar yang dalam kondisi 'patah hati'. Gadis itu tidak tahu bahwa sebenarnya laki-laki yang tengah membuat hatinya berbunga-bunga itu hanya sedang mencari alat untuk membalaskan dendamnya.
Setelah tiga bulan menjalankan peran sandiwaranya sebagai suami yang protagonis, Danar merasa harus beralih peran menjadi tokoh antagonis. Ia melakukannya setelah berkali-laki gagal membujuk istrinya untuk menjadi rekannya dalam program pembalasan dendam.
Sementara itu, Lisa tetap Lisa. Wanita itu tidak beranjak sedikitpun dari perannya semula. Peran istri yang benar-benar berada di bawah kekuasaan suami, apalagi sejak Danar melarangnya bekerja. "Biar tidak banyak tingkah, "begitu alasan Danar. Sebenarnya Lisa masih ingin bekerja meskipun paruh waktu, tetapi sejak menerima perlakuan kasar suaminya, wanita menahan keinginannya.
Danar menoleh. Randy dan Nila, istrinya mendekat. Laki-laki itu pun berdiri menyambut.
"Apa yang terjadi?Bagaimana keadaan Lisa? Apa kata dokter?" Randy memberondong dengan pertanyaan bertubi-tubi.
Danar tidak menjawab. Pandangannya terpaku pada perut Nila, istri kakak iparnya yang membuncit. Ah, apakah ia akan kehilangan kesempatan menjadi seorang ayah?
"Pa...pa...ma...ma..ha..ta ta!"celoteh Arsya bertepuk tangan melihat adegan ayahnya mencium pipi ibu. Tantra tersenyum dan mencium kening anaknya.
Nada menghela napas lega. Lega karena suaminya tidak membuat ulah yang membuatnya malu bukan kepalang.
"Mbak, ganti bajumu."
Nada mengerutkan dahi, "Untuk apa?"
"Ikut aku ke kantor."
"Untuk apa, Mas? Biar aku di rumah saja."
"Pokoknya ikut aku, ajak anak kita juga."
Sebelum Nada sempat bertanya lagi, suaminya telah melangkah menuju sepeda motor.
Setelah tiga bulan menjalankan peran sandiwaranya sebagai suami yang protagonis, Danar merasa harus beralih peran menjadi tokoh antagonis. Ia melakukannya setelah berkali-laki gagal membujuk istrinya untuk menjadi rekannya dalam program pembalasan dendam.
Sementara itu, Lisa tetap Lisa. Wanita itu tidak beranjak sedikitpun dari perannya semula. Peran istri yang benar-benar berada di bawah kekuasaan suami, apalagi sejak Danar melarangnya bekerja. "Biar tidak banyak tingkah, "begitu alasan Danar. Sebenarnya Lisa masih ingin bekerja meskipun paruh waktu, tetapi sejak menerima perlakuan kasar suaminya, wanita menahan keinginannya.
Danar menoleh. Randy dan Nila, istrinya mendekat. Laki-laki itu pun berdiri menyambut.
"Apa yang terjadi?Bagaimana keadaan Lisa? Apa kata dokter?" Randy memberondong dengan pertanyaan bertubi-tubi.
Danar tidak menjawab. Pandangannya terpaku pada perut Nila, istri kakak iparnya yang membuncit. Ah, apakah ia akan kehilangan kesempatan menjadi seorang ayah?
"Pa...pa...ma...ma..ha..ta ta!"celoteh Arsya bertepuk tangan melihat adegan ayahnya mencium pipi ibu. Tantra tersenyum dan mencium kening anaknya.
Nada menghela napas lega. Lega karena suaminya tidak membuat ulah yang membuatnya malu bukan kepalang.
"Mbak, ganti bajumu."
Nada mengerutkan dahi, "Untuk apa?"
"Ikut aku ke kantor."
"Untuk apa, Mas? Biar aku di rumah saja."
"Pokoknya ikut aku, ajak anak kita juga."
Sebelum Nada sempat bertanya lagi, suaminya telah melangkah menuju sepeda motor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar