Rabu, 12 Oktober 2011

Di Arung Jeram Cinta

Kamar kos Ara sederhana namun tertata apik dan asri. Cakra langsung betah berlama-lama duduk di sana. Meskipun sudah dua kali menemui adiknya, tetapi baru kali ini ia menyempatkan diri mampir ke tempat kos Ara.
"Kebetulan aku tadi praktik buat puding roti, "ujar Ara sambil meletakkan dua gelas jus semangka di meja kecil. "Mas mau coba?"
"Boleh, "jawab Cakra tersenyum. "Kamu sudah makan?"
"Belum, tapi aku sudah nanak nasi dan masak sayur lodeh. Kita makan sama-sama, yuk."
Cakra mengangguk. Ia tidak ingin mengecewakan adiknya.
Sementara itu Ara beranjak dari karpet untuk menyiapkan hidangan.


Feri masih saja terheran-heran, padahal Nada sudah berlalu dari hadapan. Pemuda itu menggamit lengan Tantra.
"Benar, dia istrimu?"bisiknya.
Tantra mengangguk.
"Tapi..., "Feri tampak ragu-ragu khawatir Tantra tersinggung. "Maaf, tadinya kukira dia pengasuh bayimu...soalnya...."
Tantra menoleh, menunggu kelanjutan ucapan kawannya.
"Soalnya...kupikir kamu pasti akan memilih wanita yang sebaya...maaf, kalau aku salah."
Tantra tersenyum. "Tidak apa-apa."
"Kalian bertemu di mana?"
"Kamu masih ingat aku pernah masuk rumah sakit karena koma gara-gara dikeroyok?"
Feri mengerutkan kening berusaha mengingat-ingat. "Rasanya, aku ingat, "ujarnya mengangguk-angguk. "Lalu?"
"Dia perawat yang membantuku sampai sehat."
"Ooh?"Feri tertawa menggoda. "Cinta lokasi rupanya?"
Tantra tertawa.
Mendadak Feri memasang wajah serius. "Jadi, waktu itu kamu masih SMA? Lalu suster itu...?"
"Kalau dia juga mau, apa salahnya?"
Feri terbelalak. "Gila, aku tahu kamu suka nekat, tapi tidak sampai seperti sekarang ini."
"Hei, aku tidak nekat, "tukas Tantra pura-pura tersinggung.
"Kamu salah satu dari beberapa teman kita yang menikah sebelum usia seperempat abad. Tidak menyesal menikah muda? Apalagi katamu tadi, istri sudah setahun jadi ibu rumah tangga seutuhnya?"
Tantra menggeleng.
Feri tampak terkagum-kagum. Ia dapat melihat sinar kebahagiaan yang terpancar dari wajah teman SMAnya itu. Padahal selama ini tidak demikian gambarannya tentang lembaga pernikahan.
"Tantra..., "bisiknya setelah suasana hening beberapa saat.
"Ya?"
"Tiba-tiba terlintas tanya di kepalaku."
"Tentang apa?"
"Kalau malam-malam di kamar, siapa dulu yang ambil inisiatif?"Feri menoleh sambil memasang tampang iseng.
Tantra langsung menyodok lengannya.

Tidak ada komentar: