Senin, 09 Januari 2012

Di Arung Jeram Cinta

Larut malam. Tidak seperti biasanya, kali ini Tantra sulit memejamkan mata. Ia masih duduk terpekur di ruang tengah. Jadi, Nada sedang mencarikan tiga gadis cantik yang mau menjadi istri suaminya. Mereka semua cantik dan berusia tidak lebih daripada usia Tantra.
Tantra merasa sangat bersalah. Ia merasa telah menyakiti wanita berhati mulia itu. Ternyata selama ini ia telah banyak menuntut tanpa memerdulikan perasaan dan kondisi istrinya. Buku harian Nada semasa remaja yang ia temukan tanpa sengaja di tumpukan koran dan majalah di laci buku, telah menjawab pertanyaannya selama ini.


Banu resah. Ia tidak mengerti sebab tiba-tiba saja Meyra menolak ajakannya untuk menikah. Ketika ia menanyakan alasannya, gadis itu hanya menggeleng dan menggeleng. Banu benar-benar kebingungan.
Mungkin orang lain akan segera mencari pengganti. Tetapi tidak bagi Banu. Meyra sosok yang istimewa. Cantik? Ya, Meyra sangat cantik dan menawan pula. Laki-laki mana yang tidak tertarik? Tetapi sungguh bukan itu`yang dilihat Banu.
"Mbak, Meyra itu gadis pemberani yang teguh hatinya, "begitu curhatnya kepada Nada, beberapa minggu yang lalu saat menjenguk Arsya, kemenakan mungilnya.
"Bukan karena cantik?"Nada mencoba memancing.
"Dalam hal ini, mungkin aku seperti kakak iparku, ya, suamimu itu, Mbak, "tukas Banu tersenyum simpul. "Aku tahu Tantra tidak pernah melihat fisik seseorang dari bergaul dan juga memilih pendamping hidup."
Nada mengangguk tanda setuju. "Kau benar, Dik, "sahutnya, "Kalau dia melihat kecantikan saja, bisa jadi istrinya sekarang bukan aku, tapi gadis cantik yang sebaya dengannya."
"Tapi...kulihat anak kalian tampan juga, "Banu mengganti bahan pembicaraan. "Omong-omong, aku harus minta supaya Tantra mau mengajariku."
"Mengajari apa?"
"Aku kan tahu Mbak ini paling kebal sama berbagai bentuk rayuan. Ingat Danar? Dia selalu gagal merayumu. Tapi...kok Tantra bisa membuatmu jatuh cinta, ya? Lalu satu lagi, aku harus tahu taktik yang digunakan kakak iparku itu sampai ehm...ehm... Arsya nongol di muka... auuw!" Banu meringis kesakitan karena Nada mencubit lengannya. Cubitan semut merah.
Belum puas kakak semata wayangnya itu menimpuknya dengan bantal kursi tamu.
Banu menjulurkan lidah sambil menangkap bantal itu.
Nada membelalak kesal.

Tidak ada komentar: