Rabu, 28 Desember 2011

Di Arung Jeram Cinta

Suami lebih muda dan pantas dijadikan adik. Hm, Nada tersenyum geli teringat betapa ia dulu terpikat kepada remaja yang belum lulus SMA beberapa tahun yang lalu. Cinta tak mengenal usia sehingga mereka pun menikah.
Tetapi, jujur sering Nada tidak percaya diri karena perbedaan usia itu. Sebaliknya Tantra biasa-biasa saja (atau laki-laki memang ditakdirkan memiliki kepercayaan diri lebih tinggi dibanding perempuan?) dan kadang-kadang seenaknya saja mendekap pinggangnya padahal mereka berada di tempat yang bisa terlihat orang banyak.
Dua hari ini hubungannya dengan Tantra sedikit menegang. Nada sangat lelah mengurus bayi dan rumah tangga mereka. Tetapi tampaknya Tantra tak mau mengerti dan kecewa karena ketika pulang melihat istrinya awut-awutan.
"Mbak, kenapa bajumu kusut?"
"Baju yang tadi kena ompol Arsya, jadi aku ganti."
"Lalu kenapa kusut?"
"Aku belum setrika baju satupun."
Tantra mengerutkan kening. "Lalu seragamku besok?"
"Belum, aku belum sempat."
"Mbak...."
"Mas, aku repot."
Tantra tak berkata-kata lagi.
"Mas, perlu apa lagi? Biar kuambilkan."
Tantra menggeleng. "Aku tidur saja, "sahutnya beranjak dari duduk. Kecewa.

Nada menarik napas panjang. Jadi, ternyata laki-laki memang ditakdirkan egois dan mau menang sendiri. Kalau dihitung-hitung, berapa kali Tantra membantunya memandikan atau sekadar mengganti popok si Kecil? Rasanya hanya sampai hitungan lima jari. Itu pun hanya dua bulan awal kelahiran anaknya itu. Heran, bagaimana mungkin laki-laki bisa seegois itu? Padahal dia sendiri yang mulai dan menyebabkan...Nada menoleh ke arah bayinya yang asyik bermain-main dengan jari tangannya.


Hampir magrib tetapi Tantra masih duduk di ruang kerjanya. Di hadapannya laptop masih menyala. Laki-laki muda itu menatap gambar di layar yang menampakkan langit dan awan berarak.

Malas pulang. Begitulah perasaan Tantra. Untuk apa, toh Nada lebih memerhatikan si Kecil. Ah, diam-diam pemuda itu menyesal telah menjadi ayah.

Ponsel berdering. Dengan malas Tantra mengangkatnya. "Asalamualaikum."
"Waalaikumussalam. Mas, kok belum pulang?"
Itu suara Nada. Tantra terdiam, tak tahu yang harus dijawabnya.
"Mas, masih marah, ya? Maafkan aku, aku memang salah, tidak seharusnya aku mengabaikanmu. Aku...maaf, sudah lama aku merasa kalau aku tidak pantas jadi istrimu...."
Tantra tersentak. Ia tak menyangka sedikitpun istrinya akan mengucapkan kata-kata seperti itu. "Mbak, kenapa kau berkata seperti itu?"
Tapi istrinya telah memutuskan hubungan.
Tantra tertegun. Tiba-tiba ia teringat semuanya. Malam penyebab kehadiran Arsya.
Semua bermula saat ia menyadari betapa menawan istrinya malam itu. Ketika itu Nada mengenakan gaun tidur kuning muda bermotif bunga-bunga jingga. Gaun tidur itu biasa saja, tetapi entah mengapa ia terpesona, ingin mencium istrinya, dan terjadilah apa yang terjadi.
Tantra menyimpan senyum di hatinya setiap teringat Nada yang sangat pemalu. Keesokan harinya istrinya itu melakukan pekerjaan rumah tangga dengan membisu. Tantra yang iseng tak kuat didiamkan begitu rupa. Tanpa permisi, ia mengambil sendok dari tangan istrinya.
Nada terpaku.

Tidak ada komentar: