Jumat, 05 April 2013

Di Arung Jeram Cinta


"Ayah, uka, " Arsya menyodorkan sebungkus roti selai kepada Tantra yang sedang memandangi layar laptopnya.
Tantra menoleh dan mendudukkan anaknya di pangkuannya. "Cium Ayah dulu, "ujarnya.
"Ayah cudah andi?"tanya batitia itu dengan tampang serius.
"Sudah, "sahut Tantra, "coba Kakak cium Ayah, kan wangi."
Arsya menurut, ia pun menempelkan hidungnya ke pipi ayahnya.
"Wangi, kan?"
"Angi, "Arsya mengangguk.
Tantra tersenyum. Ia memandangi wajah anaknya yang mungil. Perpaduan yang begitu serasi. Ayah berusia dua puluh empat tahun itu mengagumi mahakarya Yang Maha Pencipta yang saat ini berada di pangkuannya. Heran juga dia bisa punya anak. Tidak jarang sampai saat ini Tantra masih merasakan hal itu. 
"Kakak, ayo sama Ibu, "terdengar suara lembut Nada di depan kamar, "Ayah kan masih sibuk."
"Uka," Arsya kembali menyodorkan roti yang masih terbungkus.
"Biar Ibu yang buka, "sahut Nada, "ayo, sini."
"Kakak sama Ayah saja, "tukas Tantra, "kasihan Ibu masih masak."
"Besok laporan Mas kan sudah harus selesai."
"Tidak apa-apa, ini tinggal penutupnya saja."
"Kalau begitu, titip Kakak sebentar ya."
Tantra mengangguk sambil tersenyum.
Nada pun balas tersenyum sebelum berbalik.



Get graphics at Nackvision.com