Jumat, 02 Maret 2012

Di Arung Jeram Cinta

Tanpa pikir panjang, Rafa langsung menerima lamaran Meyra. Masalah surat lamaran berserta berkas-berkasnya menyusul setelah gadis itu lulus. Untunglah, hal itu tinggal menunggu dua bulan lagi. Tentu saja Rafa serius dengan keputusannya. Ia memang tidak ingin menyakiti perasaan teman baiknya itu, tetapi sebenarnya ada alasan lain yang membuatnya yakin.
"Kurasa kau tepat kalau mendampingi aku, "ujarnya, setelah Meyra menyampaikan maksudnya malam itu.
Meyra tercengang, "Apa kau tidak salah?"
"Tentu saja tidak, "tukas Rafa tersenyum.
"Kau hanya ingin menghiburku."
"Kalau benar begitu, aku pasti sudah menyanyikan lagu untukmu."
Meyra memandang gadis di hadapannya dengan perasaan kagum. Rafa begitu baik dan penuh perhatian. Ia sangat pandai membesarkan hati orang yang berduka. Seperti kakaknya, Tantra....Ah, setiap teringat nama itu, Meyra jadi ingin menghilang saja. Bukankah dia dulu pernah merayu pemuda yang sudah menikah itu? Menggodanya untuk sejenak melupakan istri yang menunggu di rumah dengan sabar. Tetapi justru Tantra memilih untuk pergi dari neraka dunia lewat jendela kamar mandi. Gadis itu hanya menemukan secarik kertas bertuliskan pesan yang ditempel di dinding.
Meyra,
Jujur, aku sempat tergoda melihat kecantikan dan nyaris terbuai ajakanmu. Tetapi, aku masih punya hati untuk tidak menghianati ketulusan dan kasih sayang istriku. Dia terlalu baik untuk kusakiti. Selain itu, aku juga punya ibu dan adik perempuan. Aku tidak dapat membayangkan betapa sakitnya kalau mereka tersakiti. Aku sangat mencintai mereka.
Meyra,
Kecantikan luar dapat berkurang seiring perjalanan waktu, tetapi kecantikan batin bergantung pada isi hati dan tutur kata yang terucap. Karena itu jagalah dirimu baik-baik dan jangan menyerahkannya kepada orang yang tidak berhak menerimanya.

Tantra.



"Silakan diminum jeruk hangatnya, "ujar Rafa meletakkan dua gelas jeruk nipis hangat dan setoples keripik kentang.
Meyra tersentak. Rupanya ia melamun. "Oh, iya, terima kasih."


Musuh bebuyutan yang menjadi saudara. Itulah Banu dan Tantra. Bahkan Tantra sempat koma berhari-hari akibat serangan belasan remaja atas perintah Banu. Sampai sekarang beberapa bagian tubuh Tantra terdapat bekas luka dan jahitan. Untung saja ia menikahi Nada kakak Banu yang perawat sehingga terbiasa melihat berbagai macam tanda. Kalau gadis lain, pasti sudah histeris. Apalagi luka yang paling terlihat justru pada lengan kiri.
Banu sendiri sering tak habis pikir bagaimana dulu ia bisa begitu membenci Tantra. Padahal remaja itu sangat baik dan setia kawan. Tantra pun bukan pendendam. Ia tidak pernah membalas perlakuan Banu atas dirinya.

Tidak ada komentar: