Apa yang harus dilakukan suami ketika menyadari bahwa ia tidak mencintai istrinya sedikitpun? Kedengarannya memang aneh. Tetapi., dalam kehidupan sehari-hari masalah seperti ini bukan hal yang baru lagi meskipun aneh. Aneh, bagaimana hal itu bisa terjadi? Salah memilih?Kurang teliti menyeleksi? Ataukah hanya demi sebuah status akhirnya mereka menerima siapa pun yang datang tanpa pikir panjang?
Tampaknya Randy berada pada kelompok yang mengajukan pertanyaan terakhir. Usianya hampir tiga puluh empat saat. Memang belum tua untuk ukuran menikah bagi laki-laki, tetapi sudah melampaui bertahun-tahun dari usia kepantasan memiliki pendamping hidup. Dan Randy membutuhkannya, membutuhkan teman berbagi suka dan duka, berbagi apa saja.
Randy menyadari benar bahwa bukan saatnya lagi untuk memasang kriteria yang muluk-muluk.Mungkin bisa saja ia mendapatkannya, tetapi bagaimana kalau hal itu tercapai sepuluh tahun lagi? Ia tidak sanggup menunggu selama itu.Lagipula biasanya,semakin bertambah usia seseorang, kriteria calon pasangan akan semakin berkurang.
Randy menikahi Nila tanpa cinta. Pria itu hanya butuh teman. Semula ia yakin seiring berjalannya waktu, dirinya akan dapat mencintai istrinya apa adanya.
Ternyata ia salah. Sampai detik ini perasaannya belum juga berubah.
Sebenarnya Nila bukan tidak mengetahui perasaan Randy terhadapnya. Suaminya belum berhasil mencintainya. Padahal ia begitu mencintai laki-laki sebaya dirinya itu. Wanita itu berusaha keras memendam kecewanya karena tidak ingin melihat orang tuanya bersedih.
"Nila, "malam itu seusai makan malam, Randy mengajak istrinya berbicara di ruang tengah, "Aku ingin kita bicara." Nila menurut sambil bertanya-tanya dalam hati.
"Kelihatannya penting, Mas?"tanya Nila setelah mereka duduk di sofa ruang tengah.
"Maafkan aku, kalau terpaksa menyampaikan ini."
Tampaknya bukan berita gembira. Tiba-tiba Nila merasa begitu cemas."
"Rasanya...kita harus berpisah...."
Lirih suara Randy, tetapi cukup membuat telinga istrinya bagai mendengar halilintar.
"Ta..tapi, ke...kenapa, Mas? Apa salahku?"
"Kau tidak salah, Nila, "tukas Randy murung. Sedih rasanya melihat mata istrinya berkaca-kaca. Bagaimanapun juga Nila istrinya, yang telah menyerahkan diri menjadi tanggung jawabnya.
"Lalu kenapa? Apa Mas lupa sebentar lagi Mas akan menjadi ayah?"
Tentu saja Randy ingat bahwa istrinya sedang hamil delapan bulan. Pria itu menghela napas panjang.
Tampaknya Randy berada pada kelompok yang mengajukan pertanyaan terakhir. Usianya hampir tiga puluh empat saat. Memang belum tua untuk ukuran menikah bagi laki-laki, tetapi sudah melampaui bertahun-tahun dari usia kepantasan memiliki pendamping hidup. Dan Randy membutuhkannya, membutuhkan teman berbagi suka dan duka, berbagi apa saja.
Randy menyadari benar bahwa bukan saatnya lagi untuk memasang kriteria yang muluk-muluk.Mungkin bisa saja ia mendapatkannya, tetapi bagaimana kalau hal itu tercapai sepuluh tahun lagi? Ia tidak sanggup menunggu selama itu.Lagipula biasanya,semakin bertambah usia seseorang, kriteria calon pasangan akan semakin berkurang.
Randy menikahi Nila tanpa cinta. Pria itu hanya butuh teman. Semula ia yakin seiring berjalannya waktu, dirinya akan dapat mencintai istrinya apa adanya.
Ternyata ia salah. Sampai detik ini perasaannya belum juga berubah.
Sebenarnya Nila bukan tidak mengetahui perasaan Randy terhadapnya. Suaminya belum berhasil mencintainya. Padahal ia begitu mencintai laki-laki sebaya dirinya itu. Wanita itu berusaha keras memendam kecewanya karena tidak ingin melihat orang tuanya bersedih.
"Nila, "malam itu seusai makan malam, Randy mengajak istrinya berbicara di ruang tengah, "Aku ingin kita bicara." Nila menurut sambil bertanya-tanya dalam hati.
"Kelihatannya penting, Mas?"tanya Nila setelah mereka duduk di sofa ruang tengah.
"Maafkan aku, kalau terpaksa menyampaikan ini."
Tampaknya bukan berita gembira. Tiba-tiba Nila merasa begitu cemas."
"Rasanya...kita harus berpisah...."
Lirih suara Randy, tetapi cukup membuat telinga istrinya bagai mendengar halilintar.
"Ta..tapi, ke...kenapa, Mas? Apa salahku?"
"Kau tidak salah, Nila, "tukas Randy murung. Sedih rasanya melihat mata istrinya berkaca-kaca. Bagaimanapun juga Nila istrinya, yang telah menyerahkan diri menjadi tanggung jawabnya.
"Lalu kenapa? Apa Mas lupa sebentar lagi Mas akan menjadi ayah?"
Tentu saja Randy ingat bahwa istrinya sedang hamil delapan bulan. Pria itu menghela napas panjang.