Kamis, 18 November 2010

Di Arung Jeram Cinta

Nada meletakkan nampan berisi dua cangkir teh hangat dan sepiring roti lapis mentega yang ditaburi sedikit gula. Ia menyingkirkan tas kerja suaminya sebelum meletakkan nampan itu di atas meja kecil.
"Kapan deadlinenya?"tanya Nada berdiri di samping suaminya yang tengah mengutak-atik program di dalam laptopnya.
"Minggu depan, "Tantra menoleh memandang wanita yang dua bulan ini resmi menjadi pendamping hidupnya.Istrinya itu sedang melontarkan senyum lembutnya.
"Direktur pasti sangat menyukaimu, "ujar Nada. "Aku harus siap-siap cemburu."
Tantra memadamkan laptopnya. Ditatapnya istrinya yang mengenakan gaun tidur hijau pastel bermotif dedaunan merah kecoklatan. Pemuda itu mengulum senyum. "Cemburu kepada direkturku yang laki-laki itu?"tanyanya menggoda.
Nada tersenyum geli.
Tantra menarik tangan Nada dan menggeser duduknya. "Kita harus menjalankan pola hidup hemat, "ujarnya sambil meraih secangkir teh.
Nada mengerutkan kening tidak mengerti maksud suaminya. "Pola hidup hemat?"
"Ya, "sahut Tantra. Ia menyodorkan cangkir itu. "Minumlah."
Meskipun heran, Nada menurut juga. Ia meminum teh hangat itu beberapa teguk lalu menyerahkan cangkir itu kembali ke tangan suaminya.
Sekarang Tantra yang meneguk teh itu sampai licin tandas tanpa bekas. Tentu saja Nada tercengang bukan buatan.
"Itu tadi contoh hidup hemat, "ujarnya.
"Maksudmu?"
"Ya, secangkir berdua, sepiring berdua, dan ..., "Tantra melirik kursi yang tengah mereka tunggangi, eh, duduki, "Sekursi berdua...."
Merah padam seketika wajah Nada. Tetapi rupanya Tantra belum selesai, ia meraba pinggir cangkir itu sambil tersenyum.
"Kok senyum-senyum?"
"Hm...lumayan dapat ciuman tak langsung, "jawab Tantra kalem.
"Ciuman tak langsung?"
"Bekas bibirmu menempel di sini, tadi aku juga minum di sebelah sini...."
Gedubrak! Wajah Nada bukan cuma merah padam, tetapi persis trafic light : Merah, kuning, hijau, merah, kuning, .... Apa-apaan itu? Ciuman tak langsung? Ia baru mendengarnya. Dan meskipun sudah menikah, tetapi menurut Tantra, istrinya itu masih begitu tertutup.
Tantra tersenyum. "Lupakan ciuman tidak langsung, "ujarnya. "Aku cuma bercanda. Menurutku, masih ada sesuatu yang kausembunyikan, Mbak."
Mbak. Rupanya Tantra belum mengubah sapaannya. Nada tak tahu mengapa. Kalau sudah begini, Nada bingung bagaimana harus menyapa suaminya.
Nada terdiam. Bukan cuma masalah sapaan, tetapi juga karena kata-kata suaminya tentang ada sesuatu yang disembunyikan itu memang tidak salah. Ya, ada sesuatu yang masih ia sembunyikan.


Tidak ada komentar: