Embun pagi itu telah pergi
yang membasahi jiwaku
berkelana di kisi-kisi kalbu
menelusuri celah diri
Tetes embun penyejuk mata
telah menyirami diri
saat hati terasa hampa
membelai relung hati
Dalam jiwaku embun itu terpendam
sejuknya bagai pelita penerang jiwa
kenangan sejuta kasih yang tergenggam
temani diri lintasi masa
Kamis, 31 Juli 2008
Kamis, 17 Juli 2008
Pesta Telah Usai
Tiada lagi keramaian di remang malam
yang berhias kerlap- kerlip sinar buatan
atau mereka yang berkumpul dan mendekam
mencari hangat dalam tiupan angan-angan
Kini, tak ada lagi botol-botol berserakan
dan musik mengiringi tarian maut
atau gelak canda topeng kemunafikan
menutupi kepalsuan yang lama terpagut
Pesta telah usai, kawan
kabar gembira pun tibalah
tiada lagi pesta arak, anggur, dan kemaksiatan
terkubur gema takbir menjemput hidayah
yang berhias kerlap- kerlip sinar buatan
atau mereka yang berkumpul dan mendekam
mencari hangat dalam tiupan angan-angan
Kini, tak ada lagi botol-botol berserakan
dan musik mengiringi tarian maut
atau gelak canda topeng kemunafikan
menutupi kepalsuan yang lama terpagut
Pesta telah usai, kawan
kabar gembira pun tibalah
tiada lagi pesta arak, anggur, dan kemaksiatan
terkubur gema takbir menjemput hidayah
Selasa, 15 Juli 2008
Pesan Seorang Murid
Aku suka jika Bu Guru tersenyum
Senyumnya manis seperti bunga mawar yang cantik
Kubaca tulisan murid mungilku yang simpatik
Dengan lengkung bibir yang terkulum
Tetapi kalau sedang marah
Terlihat seperti mawar yang layu
Kutarik napas memandang luar cuaca cerah
Saat membaca goresan pena tunas bangsaku
Hanya satu keinginan saya
Aku ingin melihat Bu Guru senyum
Seberkas sinar menembus relung sukma
Berharap diri kan seindah mawar sekuntum
Senyumnya manis seperti bunga mawar yang cantik
Kubaca tulisan murid mungilku yang simpatik
Dengan lengkung bibir yang terkulum
Tetapi kalau sedang marah
Terlihat seperti mawar yang layu
Kutarik napas memandang luar cuaca cerah
Saat membaca goresan pena tunas bangsaku
Hanya satu keinginan saya
Aku ingin melihat Bu Guru senyum
Seberkas sinar menembus relung sukma
Berharap diri kan seindah mawar sekuntum
Tersenyumlah
Tersenyumlah kau
saat melihat dunia
sehingga diri dapat terpukau
mengagumi keindahannya
Tersenyumlah kau
meski dunia merana
sebab tak selamanya bintang berkilau
sehingga hati menyadari agungnya Sang Pencipta
Dan tersenyumlah kau
karena masih ada asa
yang dapat menyelami hati penuh galau
nyalakan bara harapmu di dada
saat melihat dunia
sehingga diri dapat terpukau
mengagumi keindahannya
Tersenyumlah kau
meski dunia merana
sebab tak selamanya bintang berkilau
sehingga hati menyadari agungnya Sang Pencipta
Dan tersenyumlah kau
karena masih ada asa
yang dapat menyelami hati penuh galau
nyalakan bara harapmu di dada
Mengais Seberkas Cahaya Diri
Kelam memecah kesunyian
Tangis menghunjam kepedihan
Sendiri merenungi kepahitan
Gelap membentengi pekat diri
Sesal menyelami lautan hati
Hanyalah mendung yang menemani
Dulu....
Saat masa ceria penuh bertalu
Terseret diri tanpa rasa malu
Ketika....
Saat masa sarat gembira bergema
Terbenam diri dalam alunan maya
Sekarang....
Menyesali nasib malang
Terbayang kelam membentang
Kini....
Menangis diri dalam sepi
Mengais kembali seberkas cahaya diri
Tangis menghunjam kepedihan
Sendiri merenungi kepahitan
Gelap membentengi pekat diri
Sesal menyelami lautan hati
Hanyalah mendung yang menemani
Dulu....
Saat masa ceria penuh bertalu
Terseret diri tanpa rasa malu
Ketika....
Saat masa sarat gembira bergema
Terbenam diri dalam alunan maya
Sekarang....
Menyesali nasib malang
Terbayang kelam membentang
Kini....
Menangis diri dalam sepi
Mengais kembali seberkas cahaya diri
Minggu, 13 Juli 2008
Berganti Wajah
Saat aku berjalan menuju pasar
tak kutemui senyum dan sapa menebar
hanya wajah-wajah kaku dan senyum beku menyertai
atau sesekali mengiringi seringai
Wajah-wajah itu bagai topeng
anehnya mereka tiada berhenti memandang
melihat ke arahku dan berseru
dari mana kaudapatkan wajah semanis itu?
Kuhentikan langkah
melempar pandang ke penjuru arah
alangkah manis wajahmu
bolehkah aku menukarnya dengan wajahku?
Dalam sekejap mereka telah mengelilingiku
seperti semut-semut mengerumuni gula batu
aku tertegun mencoba berpikir
bagaimana cara melepaskan wajah yang sudah terukir
Kupandang mereka satu-satu
raut muka mereka bagai topeng berwajah beku
kuakui aku mulai menyukai
aku bisa memakainya pada saat yang tepat nanti
Akhirnya kupilih wajah yang paling menyeramkan
aku berdoa semoga yang melihatku tidak pingsan
soalnya aku butuh wajah itu untuk menagih hutang
apalagi aku juga perlu uang
tak kutemui senyum dan sapa menebar
hanya wajah-wajah kaku dan senyum beku menyertai
atau sesekali mengiringi seringai
Wajah-wajah itu bagai topeng
anehnya mereka tiada berhenti memandang
melihat ke arahku dan berseru
dari mana kaudapatkan wajah semanis itu?
Kuhentikan langkah
melempar pandang ke penjuru arah
alangkah manis wajahmu
bolehkah aku menukarnya dengan wajahku?
Dalam sekejap mereka telah mengelilingiku
seperti semut-semut mengerumuni gula batu
aku tertegun mencoba berpikir
bagaimana cara melepaskan wajah yang sudah terukir
Kupandang mereka satu-satu
raut muka mereka bagai topeng berwajah beku
kuakui aku mulai menyukai
aku bisa memakainya pada saat yang tepat nanti
Akhirnya kupilih wajah yang paling menyeramkan
aku berdoa semoga yang melihatku tidak pingsan
soalnya aku butuh wajah itu untuk menagih hutang
apalagi aku juga perlu uang
Kamis, 10 Juli 2008
Dalam Bayanganku
Setiap kulihat mentari
tampak tetes embun berjatuhan
yang melayang turun ke bumi
dari genggam para malaikat yang berterbangan
Setiap kutengadahkan wajah ke atas sana
kusaksikan bulan perahu dan bintang sampan
yang melaju di laut angkasa
tanpa nahkoda juga nelayan
Setiap tertunduk kupandangi bumi
terbayang olehku kedamaian sejati
harumnya bunga serta dedaunan merasuk sanubari
sungguh damba diri dari lubuk hati
tampak tetes embun berjatuhan
yang melayang turun ke bumi
dari genggam para malaikat yang berterbangan
Setiap kutengadahkan wajah ke atas sana
kusaksikan bulan perahu dan bintang sampan
yang melaju di laut angkasa
tanpa nahkoda juga nelayan
Setiap tertunduk kupandangi bumi
terbayang olehku kedamaian sejati
harumnya bunga serta dedaunan merasuk sanubari
sungguh damba diri dari lubuk hati
Selasa, 08 Juli 2008
Semburat Teja di Angkasa
Senja ini...
Kulihat teja merah
Berjajar rapi
Warnai langit megah
Begitu indah
Saat ini...
Teja berbaur biru
Langit bernyanyi
Alam berdendang merdu
Teja pun menari
Ikuti alunan syahdu
Dan kini...
Teja tlah berpencar
Langit seolah tertutupi
Sesaat aku tersadar
Allah, sampai di mana aku kini
Jauh sudah kutempuh safar
Harusnya kuhitung kini
Tlah jauh aku berjalan
Berapa banyak yang kulalui
Adakah yang kudapatkan
Satu asa terpatri di hati
Semoga tak tersiakan amal kebajikan
Kulihat teja merah
Berjajar rapi
Warnai langit megah
Begitu indah
Saat ini...
Teja berbaur biru
Langit bernyanyi
Alam berdendang merdu
Teja pun menari
Ikuti alunan syahdu
Dan kini...
Teja tlah berpencar
Langit seolah tertutupi
Sesaat aku tersadar
Allah, sampai di mana aku kini
Jauh sudah kutempuh safar
Harusnya kuhitung kini
Tlah jauh aku berjalan
Berapa banyak yang kulalui
Adakah yang kudapatkan
Satu asa terpatri di hati
Semoga tak tersiakan amal kebajikan
Minggu, 06 Juli 2008
SINAR MADAH PEKAN INI
Seperti Mawar
Berlakulah seperti mawar yang berduri, menebar harum namun tetap menjaga diri.
Berlakulah seperti mawar yang berduri, menebar harum namun tetap menjaga diri.
Langganan:
Postingan (Atom)