Bila tiba saatnya
Sang Rembulan kembali mendamba
Wahai sang Mentari
kuingin lagi teman sejati
Mentari terdiam
menatap Rembulan remuk redam
Mengapa kau lakukan ini
bukankah aku setia menerangi
Rembulan meratap
tatapannya redup penuh harap
Mentari pun tersadar
cahyanya tlah memudar
Sekian lama kita bersama
mengapa kau ingin lupa
Tetapi, Rembulan tak mau mengerti
walau cahyanya dari Mentari
Meski ia tlah purnama
atas sinar Mentari setia
Rembulan tlah jatuh cinta
kala menatap Dewi Surya
Kendati dia tlah purnama
sebab kasih Mentari setia
Jumat, 30 Mei 2008
Sajak Si Kecil
Walau sajakmu bagai bunyi tak berarti
namun bukannya tiada bermakna
Lewat bunda syair itu dimengerti
karena tercipta dari jalinan cinta
Sajak yang kau cipta
penuh selaksa makna
Tak semua dapat memahami
meski ia pujangga sejati
Puisi yang tercetus dari mulut mungilmu
disertai kilat mata bercahya
Bunda pun terharu berkata
Terima kasih, Permataku
namun bukannya tiada bermakna
Lewat bunda syair itu dimengerti
karena tercipta dari jalinan cinta
Sajak yang kau cipta
penuh selaksa makna
Tak semua dapat memahami
meski ia pujangga sejati
Puisi yang tercetus dari mulut mungilmu
disertai kilat mata bercahya
Bunda pun terharu berkata
Terima kasih, Permataku
Senin, 26 Mei 2008
Pelangi
Pelangi, cepat ulurkan anak tangga
agar bidadari dapat turun ke mayapada
bersalin wajah serupa putri jelita
dan ajarkan kami ilmu berharga
Pelangi, kibaskan selendangmu warna-warni
biarkan bidadari meluncur dari surgawi
bergabung bersama kami manusia di bumi
mendidik dengan mutiara penuh arti
Pelangi, mengapa kau tak kunjung nampak
sedang mentari riang bersajak
menemani rintik hujan dan awan bergerak
apakah yang membuatmu mengelak
Pelangi, marahkah engkau kepada kami
yang jarang bersyukur atas karunia Ilahi
hapuslah marahmu saat ini
tunjukkan selntas warnamu yang berseri
agar bidadari dapat turun ke mayapada
bersalin wajah serupa putri jelita
dan ajarkan kami ilmu berharga
Pelangi, kibaskan selendangmu warna-warni
biarkan bidadari meluncur dari surgawi
bergabung bersama kami manusia di bumi
mendidik dengan mutiara penuh arti
Pelangi, mengapa kau tak kunjung nampak
sedang mentari riang bersajak
menemani rintik hujan dan awan bergerak
apakah yang membuatmu mengelak
Pelangi, marahkah engkau kepada kami
yang jarang bersyukur atas karunia Ilahi
hapuslah marahmu saat ini
tunjukkan selntas warnamu yang berseri
Sekuntum Mawar
Berseri mawar senyum merekah
sambut fajar indah nan memecah
cantik wajahnya disapa mentari
raih semangat yang dinanti
Gembira mawar tebarkan harum
wangi terasa walau sekuntum
mawar manis, wujudkan harapan
di hadapanmu terbentang masa depan
sambut fajar indah nan memecah
cantik wajahnya disapa mentari
raih semangat yang dinanti
Gembira mawar tebarkan harum
wangi terasa walau sekuntum
mawar manis, wujudkan harapan
di hadapanmu terbentang masa depan
Minggu, 25 Mei 2008
Aku dan Puisi
Aku tak pandai merangkai huruf di depan mata
menjadi untaian kata mutiara berjuta makna
aku pun tak sanggup mengukir sebaris kata
dan memahatnya agar menjelma sebait karya sastra
Sebab bagiku puisi
adalah ungkapan rasa dari dasar sanubari
tiada perlu jalinan kata membumbung tinggi
tak usah pula membaca buku-buku psikologi
Aku hanya ingin menulis puisi
sejujurnya aku tak pandai basa-basi
karena itulah puisiku selalu asal jadi
seperti puisi yang kutulis saat ini
menjadi untaian kata mutiara berjuta makna
aku pun tak sanggup mengukir sebaris kata
dan memahatnya agar menjelma sebait karya sastra
Sebab bagiku puisi
adalah ungkapan rasa dari dasar sanubari
tiada perlu jalinan kata membumbung tinggi
tak usah pula membaca buku-buku psikologi
Aku hanya ingin menulis puisi
sejujurnya aku tak pandai basa-basi
karena itulah puisiku selalu asal jadi
seperti puisi yang kutulis saat ini
Langganan:
Postingan (Atom)