Nila tersenyum. Ia tahu suaminya hanya menggoda. "Kalau ditunda, nanti lupa makan, "tukasnya.
Randy tertawa.
"Mas tunggu sebentar, saya panaskan sayur dulu."
"Baik, istriku yang cantik."
Kembali wanita itu melempar senyum manisnya.
Pernah Randy menyesal telah menikahi Nila. Maklumlah, saat itu Randy sangat kesepian dan tak ingin lagi seorang diri. Ia begitu iri melihat keharmonisan rumah tangga Nada, adik kelasnya semasa SMA. Selang dua bulan kemudian, datanglah Nila, yang langsung menjadi kepala administrasi di kantornya bekerja. Tidak ada yang menarik dari gadis itu apalagi usianya sebaya dengan dirinya kecuali perilaku dan tutur katanya yang begitu santun.
Begitulah, dengan modal nekat (tanpa cinta) Randy melamar Nila. Tentu saja Nila dan juga kedua orang tuanya sangat gembira menerima lamaran itu. Rasanya seperti kejatuhan bintang. Hanya wanita aneh yang menolak pinangan dari pria setampan dan semapan Randy.
Sebenarnya Nila pun dapat merasakan bahwa Randy menikahinya hanya untuk pelarian. Tetapi ia tak mau mengambil risiko harus menunggu lebih lama lagi pria yang mau menjadi suaminya. Maka, dengan menahan kekecewaan di dadanya, ia menjalani semuanya.
Berkali-kali Randy merenung, salahkah keputusannya menikahi Nila? Gadis yang baru saja dikenalnya dan tampak pendiam. Nila bukan tipe istri yang pandai mengambil hati suami dengan berdandan atau berpakaian seksi. Tidak, ia selalu mengenakan gaun rumah yang bermodel sopan mirip orang kedinginan sehingga membuat Randy enggan untuk mendekati.
"Mas, makan malam sudah siap."
Randy tersentak dari masa lalunya. Ia tersenyum. "Cepat sekali, "sahutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar