Selasa, 18 Maret 2014

Di Arung Jeram Cinta

Suasana pagi itu benar-benar menegangkan. Semula Banu berharap kedatangan Danar, rekan kerjanya akan membawa keberuntungan bagi usahanya tetapi hanya karena sikap Meyar yang ketus semuanya menjadi  sia-sia.
Banu benar-benar tidak dapat memahami sikap istrinya yang tidak seperti biasanya. Meyra melihat Danar seperti sedang menghadapi musuh nomor satu. Aneh sekali, padahal seingat Banu, Meyra belum pernah bertemu apalagi mengenal Danar.
Tentu saja Banu tidak tahu atau tepatnya belum tahu. Tidak ada yang menceritakan kejadian tragis yang menimpa Meyra beberapa tahun yang lalu itu karena gadis itu sendiri yang melarangnya. Banu tentu sudah tahu kejadian itu tetapi tidak tahu orang yang melakukannya.
"Meyra!"
Danar memberi isyarat agar Banu tidak mengejar istrinya yang berjalan cepat menuju kamar.
Banu terduduk. "Maaf, "katanya.
Danar tersenyum tipis.

Sementara itu Meyra duduk di tepi tempat tidur dengan pikiran kalut. Kenapa aku harus melihatnya lagi? Padahal aku sudah berusaha keras supaya bisa melupakan peristiwa itu. Bahkan karena peristiwa itu, aku takut menikah. Meskipun suamiku begitu baik dan mencintaiku, aku masih trauma. Wanita itu menekuri petak-petak lantai.


Meyra tersentak.Pintu kamar terbuka. Tidak seperti biasanya Banu, suaminya tampak menahan marah.



Tidak ada komentar: