Rabu, 27 Januari 2010

Menjadi Pelupa

Gelisah hati pikirkan diri
ada bagian yang tiba-tiba pergi

Mengapa sederet kata yang baru terucap
lewat begitu saja bagai langkah berderap

Walau diri telah menua
tak seharusnya sangat pelupa

Ah, biarlah aku mengaca
pada cermin yang senantiasa kugenggam dalam jiwa

Teringatlah aku pada suatu masa
malaslah aku untuk belajar dan membaca

Nasihat ibu, jangan biarkan hari tanpa ilmu
nanti otakmu beku

Teguran ayah, rajinlah belajar
agar pengetahuanmu bagai bunga yang mekar

Sederet berita yang pernah kudapat
kini kembali berkelebat

Otak memang terdiri dari berjuta-juta sel
terlindung dalam tengkorak yang menempel

Tetapi saat masa remaja menghampiri
padamlah seratus ribu sel setiap hari

Tiada masalah yang datang
jika kita tekun menyambut pengetahuan yang menjelang

Sebaliknya jika kita enggan
semasa tua tinggallah menghitung uban

Wahai, generasi muda
tekunlah meraih cita

Agar otakmu tetap terjaga
dan kau tidak menjadi si Pelupa

Selasa, 26 Januari 2010

Masih Ada Pelita

Segenggam tanah yang terbentang
taburan debu yang terhampar
batu-batu dan kerikil yang tersebar
merebah di bumi yang tak lagi lapang

Membelah retak jeritkan lara
bumi yang berguncang menahan tangis
menyimak desah alam meratap duka
namun pilu tak jua terkikis

Barangkali ada selaksa tanya
yang bersemayam di kalbu menancap
tak dapatlah terlontar membentuk kata
ataupun terbentuk dalam seulas ucap

Segenggam tanah yang terhampar
merebah berserakan sebab tangis persada
Bebatuan dan kerikil yang tersebar
melayang-layang berjatuhan kabarkan duka

Mungkin masih ada selaksa harap
semoga tak kan padam pelita di hati kami
sebab Allah muara segala harap
tempat mengadu yang tak bertepi

Kamis, 07 Januari 2010

Seraut Silam Pelangi

Seorang gadis dengan skuter teletubies? Hm, kira-kira begitulah angan-anganku saat masih anak-anak: aku punya bayangan nanti ada kendaraan untuk anak-anak yang didesain seperti skuter teletubies itu. Sayangnya waktu itu belum ada yang model skuter semacam itu. Adanya skateboard, yang membuatku tidak habis pikir bagaimana mungkin orang dapat menancapkan kedua kakinya pada papan beroda tanpa berpegangan pada apapun dan meluncur bahkan sampai melayang-layang berakrobat di udara?
Aku lebih merasa aman dengan bersepatu roda atau mengayun sepeda roda dua. Walaupun keduanya sempat membuatku terjungkal di jalan beraspal lalu pulang dengan kedua siku dan kaki babak belur. Akibatnya selama dua minggu aku mandi sambil menggantung sebelah kaki yang terluka dari lutut sampai betis.
Kapok? Jera? Kapok lombok, kata orang Jawa. Mana anak kecil yang jera bermain biarpun pernah jatuh sampai berdarah bahkan bernanah?
Sekarang tentu saja aku tidak lagi bermain sepatu roda atau masih berangan-angan untuk memiliki skuter teletubies, meskipun aku masih saja lebih nyaman tampil tanpa tata rias yang berlebihan. Bedak yang sedikit tebal membuatku mengalami krisis percaya diri dan merasa menjadi boneka kabuki.

Seberkas Cambuk

Seberkas cambuk melayang
tak dapatlah itu kupandang
sebab hadir menerjang angan
menggugah diri dari lamunan

Sakit terasa bagai didera
luka hati panas telinga
menyentak angan dalam jiwa
yang diam terbungkus raga

Kini tersenyum diri mengingat semua
bersyukur hampir kucapai segala
seberkas cambuk berjasa masih kuingat
yang  menjadi pemacu semangat


Catatan : Dua hari yang lalu, tepatnya 5 Januari 2010, pamanku tersayang genap berusia 54 tahun. Beliau adalah adik almarhum ibundaku. Selain kedua orang tuaku, Paman adalah orang yang selalu memberiku semangat untuk meraih cita-cita. Dulu aku pernah tersinggung dengan kata-kata beliau yang membuatku tidak nyaman sampai akhirnya ada suatu kejadian yang membuat mata hatiku terbuka bahwa Paman melakukan itu karena sangat menyayangiku. Terima kasih, Paman. Semoga panjang umur, sehat, sukses, dan bahagia selalu. Amin ya Robal Alamin.