Minggu, 27 Desember 2009

Masa Ceria

Belasan tahun yang lalu
makhluk mungil berdiri di ruang tamu
menatap nyalang gelas-gelas terpajang
sembari tertawa riang

Buku cerita tergenggam di tangan
sebelum akhirnya terlelap di buaian
jemari mungil lincah menari di atas gambar
sambil berceloteh riang matanya berbinar-binar

Waktu berlalu tak dirasa
menyambut indah masa remaja
kini makhluk mungil itu
mulai mengenal arti sebuah rindu



Catatan : Hari ini tanggal 27 Desember 2009 adalah hari kelahiran kemenakan sulungku tersayang Rizki Pratama Syahputra yang keenam belas. Berbeda dengan adiknya, Rayhan, Eki lebih tertarik menggambar manga (kartun Jepang) dan sangat kutu buku. Saking kutu buku mania, menonton acara televisi malah sambil membaca buku. Caranya: televisi tetap menyala, sementara ia tetap membaca buku. Kalau mama atau papanya hendak mematikan televisi, ia pasti protes, katanya ia juga menonton.
Selamat ulang tahun, Aa Eki, semoga kelak menjadi orang yang berhasil dalam segala bidang, sukses di dunia dan akhirat. Amin ya Robbal Alamin.

Senin, 21 Desember 2009

Hari yang Indah

Acara memasak ditayangkan
si Kecil duduk manis di depan televisi
serius ia memerhatikan
menu yang disajikan hari ini

Mama siapkan sepiring nasi dan sepotong ikan
si Mungil tersenyum berseri
bahan dan cara memasak ia sebutkan
yang didapatkan dari tayangan media pagi tadi

Waktu terus berjalan
si Mungil beranjak remaja kini
ia berkata kepada Papa penuh keyakinan
aku ingin punya restoran sendiri



Catatan : Senin, 21 Desember 2009, tepat tiga belas tahun usia kemenakanku yang tersayang: Muhammad Rayhan Akbar. Meskipun anak laki-laki, tetapi sejak kecil Rayhan senang menyimak acara memasak. Sering ia menggoreng tahu atau tempe untuk mama dan papanya atau memasak mi goreng untuk kedua adiknya. Ia tidak terlalu suka membaca. Jangan coba-coba mengajaknya untuk menonton film sebelum ia membaca cerita aslinya. Dijamin ia tidak akan mau membaca buku itu. Alasan, "Kan sudah tahu ceritanya."
Selamat ulang tahun Aa Rayhan. Semoga panjang umur, taat beribadah, berbakti kepada Mama dan Papa, rajin belajar, dan sukses selalu. Amin ya Robbal Alamin.

Rabu, 02 Desember 2009

Sang Idola

Wanita itu berjalan tertatih-tatih
Meski tongkat tergenggam di tangannya
Namun lentik jemari berkuku jingga
Coba sibakkan helai rambut yang memutih


Tubuhnya yang bungkuk tampak letih
Walau keriput kulit membungkus raganya
Tetapi kerling mata menggoda, bibir merah menyala
Ingin tutupi suara yang bergetar lirih


Nenek yang renta dimakan usia
Namun senantiasa merasa belia
Sekujur tubuhnya penuh permata


Masih bergaya bak gadis remaja
Tetap berhasrat menjadi idola
Semakin ramai manusia memujanya

Rinduku Kian Berlapis

Bagaimana cara menahan gejolak rindu di hati
yang telah menyusup ke sudut-sudut sanubari

Cintaku begitu menggelora
hingga malam tiba daku pun terjaga

Kutahu tiada obat yang ampuh
agar rindu ini mampu kubunuh

Semakin lama malah bermekaran di kalbu
mendesak-desak rasa ingin bertemu

Kekasih, selalu kudamba masa bersama
menumpahkan keluh kesah, segala rasa

Bagaimana cara melepas rindu yang kian berlapis
sebab kutahu rinduku pada-Mu tak kan pernah habis

Bidadari Kalbu

Dahulu kala aku masih di surga
belajar dan bermain dengan segala riang yang ada
sampai suatu ketika Tuhan menurunkanku ke persada
dalam wujud bayi mungil tanpa dosa

Sejenak kebimbangan menyergapku
tak ingin kutinggalkan firdaus yang kurindu
belum siap jika tak lagi bertemu Tuhanku
sejuta tanya bermunculan di kalbu

Siapakah yang akan menjagaku nanti
Siapakah yang akan membimbingku seperti selama ini
Sungguh tak rela hati melupakan kehidupan surgawi
aku takut tak kan bisa kembali

Janganlah kau takut atau ragu
akan ada seseorang yang selalu menyayangimu
bahkan dia rela bertarung nyawa demi keselamatanmu
kudengar suara Yang Mahakuasa menghibur daku

Siapakah dia, Tuhan
aku bertanya tak kuat menyimpan penasaran
walau kutahu Tuhan dapat menemukan apa pun yang kusembunyikan
Dialah bidadari dalam kehidupan
di telapak kakinya terukir surga dambaan

Maka turunlah aku ke bumi
berwujud bayi mungil menyejukkan hati
kurasakan tangan lembut menyentuh jemari
kasihnya meresap ke dasar sanubari

Kuakui selama beberapa waktu
aku tak habis menggerutu
karena bidadari tak bersayap itu
hampir setiap hari memarahiku


Malam ini aku sendiri
tiada lagi bidadari itu di sisi
aku pun bertanya dalam sepi
Tuhan, dapatkah kuraih firdaus dambaan insani


Karena saat ini baru kusadari
mengapa Tuhan memilih seorang bidadari
untuk menemaniku dalam hidup tak abadi
sebab dialah pembuka pintu surgawi